Pemerintah mengungkapkan beberapa komoditas yang akan menjadi primadona di daerah-daerah tujuan transmigrasi. Program transmigrasi kembali dihidupkan pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Sebelum direalisasikan, akan dikirimkan terlebih dahulu 2.000 mahasiswa lulusan S1, S2, S3, dan D4 untuk melakukan penelitian terkait lokasi transmigrasi. Mereka tergabung dalam Tim Ekspedisi Patriot yang akan dikirim ke 154 lokasi tujuan transmigrasi di seluruh Indonesia.
Untuk kakao, Faisol menuturkan saat ini komoditasnya tersebar di Aceh, Sulawesi, dan Papua Barat. Saat ini, produksi dalam negeri kakao juga masih di bawah kebutuhan nasional. Padahal kakao memiliki banyak potensi hilirisasi.
"Bahkan biji kakao yang kita produksi hari ini dibutuhkan untuk ekspor dan pengolahan industri kakao di dalam negeri. Biji kakao dapat diolah menjadi pasta, bubuk, hingga produk kosmetik dan farmasi," kata Faisol dalam pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (25/8).
Selain kakao, komoditas unggulan lainnya adalah kopi yang tersebar di Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, serta NTB. Menurut dia, komoditas kopi sangat dibutuhkan oleh pasar global.
“Kopi di Indonesia merupakan salah satu favorit dari produk kopi yang dibutuhkan pasar global. Kebutuhannya masih sangat tinggi termasuk untuk kebutuhan nasional. Diolah menjadi kopi bubuk, kopi instan, produk makanan, bahkan body care,” ujarnya.
Selanjutnya ada kelapa sawit dan karet. Faisol menilai komoditas tersebut memiliki banyak potensi hilirisasi yang bisa dimanfaatkan transmigran. Saat ini, kedua komoditas tersebut tersebar di Kalimantan dan Sumatra.
“Hilirisasi dari sawit bisa menghasilkan biofuel, oleochemical, biomaterial, sementara karet untuk produksi bahan, sarung medis, hingga untuk keperluan komponen pendukung infrastruktur,” kata Faisol.
Komoditas lain yang bisa diandalkan transmigran menurut Faisol adalah gula dan jagung. Hal ini karena menurutnya produksi gula dalam negeri masih sangat kecil yakni 2,2 hingga 2,6 juta ton sedangkan Kebutuhan nasionalnya mencapai 6,14 juta ton.
Sementara untuk jagung, Ia melihat jagung merupakan produk yang sebenarnya sangat mudah untuk dikelola.
“Dan saya kira hampir semua transmigran akan memiliki kemampuan untuk mengolah jagung dan jagung diarahkan oleh pemerintah untuk juga menjadi pakan ruminansia dan unggas untuk mendukung kolaborasi lintas sektor,” ujarnya.
Untuk hal ini, daerah potensial gula tersebar di Aceh, Lampung, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua Barat. Sementara itu jagung tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, NTT dan NTB.
Komoditas terakhir yang menurut Faisol potensial untuk dimanfaatkan transmigran adalah sagu dan minyak atsiri. Untuk sagu saat ini tersebar di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sementara minyak atsiri tersebar di Aceh, Sumatra Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua S...