Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, bahkan untuk di tingkat negara-negara ASEAN. Menurut data yang dipaparkan, Budi Gunadi menyebut sekitar 33 ribu bayi meninggal saat lahir setiap tahunnya.
Menurutnya, angka kematian ibu hamil dan bayi bisa ditekan, salah satunya dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Maka dari itu, ia menyampaikan pemeriksaan ANC akan ditambah dari 6 menjadi 8 kali, sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"ANC-nya sekarang kita akan naikkan. Sekarang periksa ANC 6 kali, kita mau naikin sesuai standar WHO itu 8 kali. Supaya kita bisa lihat [kehamilan berisiko] secara lebih dini," jelas Budi Gunadi dalam acara World Patient Safety Day 2025: Safe Care for Every Newborn and Every Child, Selasa (19/8), seperti dilihat dari YouTube Kementerian Kesehatan RI.
Ia berharap dengan diwajibkan pemeriksaan kehamilan yang lebih banyak, maka berbagai risiko kehamilan yang bisa berbahaya bagi ibu maupun janinnya dapat terdeteksi lebih dini. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menemukan risiko komplikasi apa pun.
"Secara sains itu kita bisa lihat dengan lebih dini, oh ini bayinya berisiko atau tidak. Kita mau menaikkan 6 jadi 8 kali. Jadi hampir setiap bulan itu diperiksa kondisi bayinya seperti apa," tuturnya.
Ingin Kategorisasikan Penanganan Melahirkan Dibantu oleh Bidan
Di saat bersamaan, Budi Gunadi menyebut hasil pemeriksaan kehamilan akan membantu bagaimana penanganan melahirkan si ibu kelak. Misalnya, ketika ibu hamil tidak memiliki kendala apa pun, maka proses melahirkan bisa dibantu oleh bidan. Sehingga, tidak semua persalinan ditangani di rumah sakit saja, karena bisa menyebabkan dokter kewalahan untuk menangani semuanya. Sementara ketika ibu memiliki risiko rendah, menengah, atau tinggi, maka akan dirujuk untuk mendapat penanganan di rumah sakit.
Oleh karena itu, Kemenkes bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk membantu mengkategorisasikan hingga membantu persalinan, khususnya bagi ibu hamil yang nihil risiko komplikasi.
"Bidan juga harus bisa mengidentifikasi kalau ibu memiliki risiko. Harus segera dia refer ke puskesmas yang ada dokternya," tegas dia.
Budi Gunadi juga menegaskan pentingnya para bidan untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga bisa membantu lebih banyak persalinan. Misalnya, bila dalam 3-4 kali pemeriksaan tidak ada masalah yang ditemukan pada ibu dan janin, maka bidan diperbolehkan untuk melakukan persalinan. Sehingga, persalinan dapat langsung dilakukan tanpa harus merujuk pasien ke fasilitas kesehatan lain.
"Dari 4,8 juta, 4,5 juta lebih mungkin lahirnya normal bisa oleh bidan. berapa ratus ribu mungkin lahirnya perlu bantuan dokter karena ada risikonya. Tapi yang berisiko tinggi harus lahirnya di rumah sakit," tutup Budi Gunadi.