Liputan6.com, Jakarta Stres sering dianggap hal yang negatif dalam hidup, padahal tidak selalu demikian. Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa, Hilda Marsela stres justru bisa bermanfaat selama masih berada dalam batas normal.
Namun, jika tidak dikelola dengan baik, stres bisa berkembang menjadi gangguan mental yang serius.
Hilda menjelaskan, bahwa kerasnya kehidupan sering kali membuat seseorang terjebak dalam tekanan yang berat.
“Selama kita hidup, kita akan selalu dihadapkan pada tuntutan, baik pekerjaan, keluarga, keuangan, maupun kehidupan sosial. Nah, tuntutan-tuntutan itu yang akhirnya menjadi tekanan dan stres buat kita,” katanya dalam Talkshow Warasnya di Tengah Kerasnya Hidup Dalam Rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia melalui live Instagram Kemenkes RI.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa stres adalah bagian alami dari kehidupan yang sebenarnya bisa mendorong seseorang untuk tumbuh.
Namun, jika berlangsung terus-menerus tanpa penanganan, stres bisa berubah menjadi distress dan memicu gangguan jiwa. Karena itu, mengenali tanda-tanda dan batas stres menjadi kunci penting agar tetap sehat secara mental.
Proses Stres Bisa Jadi Gangguan Mental
Menurut Hilda, perkembangan dari stres menuju gangguan mental tidak terjadi tiba-tiba. Ada banyak faktor yang berperan, mulai dari biologis, psikologis, sosial, hingga spiritual.
“Kalau kita mengalami distress, tubuh secara alami akan menghasilkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin,” jelasnya.
Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai gejala seperti cemas, khawatir, jantung berdebar, hingga sulit tidur. Bila tidak ditangani, gejala tersebut dapat menetap dan berujung pada gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan mental lainnya.
Selain faktor biologis, cara seseorang memandang dan menghadapi masalah juga berpengaruh besar.
“Ada juga faktor psikologis, misalnya bagaimana kita memandang masalah dan menyelesaikan masalah,” katanya.
Dukungan dari lingkungan sekitar, baik keluarga maupun teman, juga membantu seseorang lebih kuat menghadapi tekanan.
Keseimbangan Emosional Jadi Kunci Pencegahan
Hilda menekankan pentingnya menjaga keseimbangan emosional agar stres tidak berkembang menjadi gangguan jiwa. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menerima bahwa stres adalah bagian alami dari kehidupan, bukan sesuatu yang harus dihindari sepenuhnya.
“Yang penting adalah bagaimana kita beradaptasi dan menghadapi stres sehari-hari sebagai manusia,” ujarnya.
Selain itu, faktor spiritual juga berperan penting. Rasa pasrah, penerimaan, dan keyakinan bahwa masalah bisa diselesaikan sering kali membantu seseorang mengelola stres lebih baik.
“Faktor spiritual seperti bagaimana kita meyakini sebuah masalah, gimana kita berpasrah dan menerima juga menentukan,” tambahnya.