Liputan6.com, Jakarta Anak yang memasuki usia 18 bulan sudah sepatutnya tidak minum menggunakan dot. Sayangnya, masih banyak orangtua membiarkan anak minum dengan dot meski sudah lebih dari 2 tahun.
Dokter spesialis anak Mesty Ariotedjo, mengatakan bahwa kebiasaan ini perlu disetop lantaran dapat berpengaruh pada struktur rahang.
“Harusnya anak 18 bulan sudah tidak minum pakai dot. Siapa yang anaknya masih pakai dot dua tahun ke atas? Masih banyak ya, karena itu akan mengubah struktur rahang,” kata Mesty dalam Puncak Acara Pekan Merah Putih Tamasya bersama Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN), di Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Mesty menambahkan, orangtua selalu bertanya kapan anaknya bisa jalan dan kapan bisa bicara. Namun, ada satu aspek perkembangan yang tidak pernah ditanya padahal paling penting, yakni aspek kemandirian dan personal social. Salah satu contoh kemandirian ini adalah sudah tidak minum menggunakan dot.
“Di mana harusnya anak usia 6 bulan sudah bisa minum pakai cangkir, anak 18 bulan sudah tidak minum pakai dot,” ucapnya.
Sementara, perkembangan bahasa dimulai dari bayi sampai usia 3-4 tahun. Artinya, ketika orangtua menggunakan lebih dari bahasa, maka bahasa-bahasa tersebut sudah bisa mulai diajarkan kepada anak, misalnya Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
“Bilingual bisa diajarkan sedari bayi selama tidak ada tanda-tanda keterlambatan bicara,” kata Mesty.
Kejutan bagi 33 bayi yang lahir di tanggal 24 Agustus juga diberikan kepada orang tua yang melahirkan bayinya di sejumlah daerah. Tak hanya bantuan uang tunai sebesar Rp 5 juta, namun bingkisan perlengkapan bayi juga diberikan tim Kejutan 33 Bayi SCT...
Penggunaan Gadget pada Bayi Bisa Picu Speech Delay
Mesty menambahkan, kemampuan berbicara memiliki kaitan erat dengan kecerdasaan anak alias IQ.
“Yang berhubungan (dengan IQ) adalah kemampuan bicara sesuai usia, itulah yang memiliki hubungan sangat kuat dengan kecerdasannya.”
Sayangnya, orangtua masa kini berhadapan dengan tantangan besar bernama gadget atau gawai. Dia menilai bahwa gawai bukanlah pengasuh anak.
Sebaliknya, teknologi ini membuat anak tantrum, meningkatkan risiko gangguan perilaku, dan terhambatnya kemampuan bicara (speech delay).
“Sehingga tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak di bawah usia satu tahun,” ujar Mesty.
Tingkatkan IQ Sejak Anak dalam Kandungan
Mesty pun menjelaskan soal pentingnya stimulasi bagi anak sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan untuk meningkatkan kecerdasannya.
“IQ apakah keturunan atau bukan? Jadi ternyata IQ atau kecerdasan anak tidak hanya faktor genetik, tetapi bisa dioptimalkan bahkan sampai 30 persen lebih tinggi di tahun-tahun pertama kehidupannya."
Cara meningkatkan IQ anak menurut Mesty adalah:
- Nutrisi harus baik agar berat badan naik optimal.
- Stimulasi yang tepat sedari bayi.
“Tapi yang harus kita lihat, apakah stimulasi itu dari bayi? Atau jangan-jangan dari masa kandungan. Ternyata data menunjukkan bahwa bayi sudah berkembang pendengarannya sejak dalam kandungan. Bayi akan mendengar ucapan ibunya, dialog ibu dan bapaknya sejak di dalam kandungan,” kata Mesty.
Ketika ibu dan ayah melakukan dialog dengan penuh kasih sayang, maka anaknya akan lahir dengan temperamen yang baik.
“Jadi, ketika orangtua berdialognya dengan penuh kasih sayang, ibunya tenang, ternyata studi menunjukkan anaknya lahir dengan temperamen yang tenang.”
“Tapi ketika ibu hamil setiap hari enggak ada yang dukung, setiap hari stres, sama suaminya dicuekin, suaminya sibuk sendiri, ternyata ibu yang cemas itu akan menghasilkan hormone stres yaitu kortisol yang akan masuk melalui plasenta yang berkaitan dengan gangguan neurologis ketika anaknya lahir,” jelasnya.
Gangguan neurologis umumnya menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan pada anak.