Liputan6.com, Jakarta Kurang tidur kerap dianggap sebagai persoalan sepele yang bisa ditebus dengan tidur lebih lama di akhir pekan, padahal berbagai penelitian menunjukkan bahwa pola tidur yang berantakan memiliki dampak serius bagi kesehatan tubuh. Menurut Lidia dan Kahtan (2015) dalam jurnalnya berjudul Hubungan Kualitas Tidur dan Kejadian Stroke Iskemik di Bangsal dan Poliklinik Saraf RSUD Dokter Abdul Aziz Singkawang, gangguan kualitas tidur dipandang sebagai faktor potensial penyebab terjadinya stroke.
Saat seseorang berulang kali tidur larut atau tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik, sistem kardiovaskular bekerja lebih keras tanpa kesempatan pemulihan optimal. Kondisi inilah yang perlahan menambah risiko penyakit kronis yang bisa berujung pada serangan jantung atau stroke.
Fenomena begadang hingga pagi, paparan layar gawai tanpa henti, konsumsi kafein dan alkohol menjelang malam, hingga pola tidur yang tidak konsisten semakin umum ditemui dalam keseharian masyarakat modern. Semua kebiasaan ini membentuk pola kurang tidur yang berulang dan pada akhirnya memengaruhi tekanan darah, keseimbangan hormon, serta fungsi pembuluh darah. Jika tidak segera dikoreksi, risiko gangguan kesehatan serius akan meningkat tanpa disadari.
Artikel ini mengurai secara rinci tujuh kebiasaan yang paling sering membuat orang kekurangan tidur, bagaimana kebiasaan tersebut mengganggu mekanisme tubuh, serta dampak jangka panjang yang bisa memicu stroke hingga penyakit jantung. Setiap poin dijabarkan secara kronologis, mulai dari aktivitas sebelum tidur hingga pola tidur yang salah kaprah, agar pembaca dapat lebih waspada dan mulai memperbaiki kebiasaan malam hari mereka.
1) Minum Kafein, Nikotin, atau Alkohol Setelah Sore Hari Mengusir Kantuk Alami
Kebiasaan mengonsumsi kopi, teh berkafein, minuman energi, rokok, atau alkohol di jam menjelang malam kerap dianggap membantu rileksasi, padahal sebenarnya zat-zat tersebut justru merangsang sistem saraf dan menunda rasa kantuk alami. Efek stimulasi yang muncul membuat detak jantung lebih cepat, tekanan darah tetap tinggi, dan tubuh gagal masuk ke fase istirahat yang tenang sehingga durasi tidur berkurang secara signifikan.
Tidur yang terganggu akibat stimulan membuat fase pemulihan jantung dan pembuluh darah tidak berjalan maksimal, menyebabkan tubuh tidak mendapatkan manfaat restoratif dari tidur. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menumpuk menjadi faktor risiko serius yang membebani kesehatan kardiovaskular. Tanpa disadari, kebiasaan kecil seperti minum kopi larut malam bisa menggeser jam tidur alami tubuh dan memicu gangguan kesehatan.
Apabila berlangsung terus-menerus, pola tidur yang terpotong ini membuat tubuh mengalami stres kronis yang ditandai dengan peningkatan hormon kortisol dan tekanan darah tinggi. Kombinasi tersebut merupakan jalan pintas menuju gangguan pembuluh darah yang menjadi penyebab utama stroke maupun serangan jantung.
2) Makan Berat Terlalu Larut Memicu Refluks dan Tidur Terganggu
Makan dalam porsi besar ketika sudah mendekati waktu tidur sering menimbulkan masalah pencernaan seperti refluks asam lambung yang membuat tidur tidak nyenyak. Ketika perut masih sibuk mencerna makanan, tubuh tetap berada dalam kondisi aktif sehingga tidak bisa sepenuhnya beristirahat, akibatnya kualitas tidur berkurang drastis.
Refluks asam lambung yang muncul berulang kali membuat tidur sering terputus di tengah malam, sehingga total durasi tidur menurun. Kondisi ini bukan hanya mengurangi rasa segar di pagi hari, melainkan juga memicu gangguan metabolik yang pada akhirnya berhubungan dengan kesehatan jantung. Pola ini perlahan memengaruhi daya tahan tubuh sekaligus menambah beban kerja organ vital.
Akibat tidur yang tidak pulih, sistem perbaikan sel dan jaringan yang biasanya aktif di malam hari tidak berjalan optimal. Jika hal ini dibiarkan, maka tubuh kehilangan kesempatan alami untuk memperbaiki pembuluh darah sehingga risiko stroke dan penyakit jantung semakin meningkat.
3) Menatap Layar Hingga Menit Terakhir Mengacaukan Hormon Tidur
Paparan cahaya biru dari gawai seperti ponsel, laptop, dan televisi satu jam sebelum tidur diketahui menekan produksi melatonin, yaitu hormon utama yang mengatur rasa kantuk. Akibatnya, jam tidur seseorang terus bergeser dan waktu istirahat yang seharusnya cukup menjadi terpangkas.
Kebiasaan ini tidak hanya menunda jam tidur, tetapi juga membuat siklus tidur-bangun menjadi kacau. Saat siklus ini terganggu, tubuh sulit memasuki fase tidur dalam yang penting untuk regenerasi sel dan pemulihan energi, sehingga kualitas tidur secara keseluruhan menurun. Dalam jangka panjang, hal ini memperbesar risiko tekanan darah tinggi dan peradangan kronis.
Jika siklus tidur tidak terkendali, seseorang bisa terjebak dalam lingkaran begadang–bangun siang yang terus berulang. Kondisi ini berbahaya karena tubuh kehilangan ritme alami yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jantung dan otak, sehingga risiko penyakit kardiovaskular meningkat secara nyata.