Jakarta (ANTARA) - PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) menyalurkan kredit sebesar Rp185,04 triliun sepanjang semester I 2025, meningkat 5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp176,25 triliun.
“SMBC Indonesia terus menjaga ketahanan bisnis di tengah tantangan pasar yang dinamis dalam beberapa waktu terakhir, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Direktur Utama SMBC Indonesia Henoch Munandar dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Perseroan mencatat pendorong terbesar berasal dari kredit retail yang tumbuh 25 persen yoy yang dikontribusikan oleh joint finance sebesar 156 persen yoy, Jenius (di luar Digital Micro) sebesar 15 persen yoy, Mikro sebesar 21 persen yoy, dan Grup OTO 7 persen yoy.
Kredit korporasi dan komersial tercatat mengalami kenaikan 4 persen yoy, sementara kredit usaha kecil dan menengah (UKM) turun sebesar 2 persen yoy.
SMBC Indonesia mencatat kenaikan biaya kredit sebesar 52 persen yoy menjadi Rp2,6 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh diperlukannya pencadangan di segmen korporasi dan joint finance.
Di sisi lain, dari penghimpunan dana, total dana pihak ketiga (DPK) pada paruh pertama tahun ini menurun 8 persen yoy menjadi Rp109,8 triliun.
Ini diakibatkan oleh penurunan saldo rekening giro dan rekening tabungan (current account & saving account/CASA) sebesar 9 persen yoy menjadi Rp43,7 triliun serta penurunan deposito berjangka sebesar 7 persen yoy menjadi Rp66,1 triliun.
Sebagai informasi, laporan keuangan konsolidasi periode Januari-Juni 2025 telah memperhitungkan kinerja PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF), atau Grup OTO, bagian dari SMBC Indonesia.
Sementara, untuk periode yang sama di tahun 2024, SMBC Indonesia memperhitungkan kinerja laba rugi Grup Oto dari bulan April-Juni 2024.
Namun untuk posisi neraca, sudah dilakukan konsolidasi sejak Maret 2024, mengingat akuisisi dilakukan pada akhir Maret 2024.
Berdasarkan laporan ini, SMBC Indonesia meraih pendapatan operasional sebesar Rp9,1 triliun, naik 11 persen yoy.
Pendapatan bunga bersih juga naik sebesar 15 persen yoy menjadi Rp8 triliun berkat kontribusi positif dari kredit, penempatan aset likuid, dan pendapatan bunga bersih Grup OTO.
Peningkatan pendapatan bunga bersih secara konsolidasi sejalan dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik ke level 7,1 persen per Juni 2025 dengan disertakannya kontribusi dari Grup OTO pasca akuisisi, dari 6,4 persen pada Juni 2024.
Adapun laba bersih setelah pajak (konsolidasi) selama Januari-Juni 2025 sebesar Rp1 triliun, menurun 19 persen yoy dari Rp1,24 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Menurut perseroan, penurunan laba ini terutama disebabkan oleh lebih tingginya biaya kredit. Kenaikan biaya operasional sebesar 9 persen yoy, ditutup oleh kenaikan pendapatan operasional sebesar 11 persen yoy.
Di sisi lain, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) sebagai anak usaha turut mendukung kinerja SMBC Indonesia secara konglomerasi dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 16,6 persen yoy menjadi Rp644 miliar sepanjang semester I 2025.
Sementara dari sisi digitalisasi, Jenius mencatatkan kinerja positif dari sisi kredit maupun DPK. Kredit Jenius tumbuh 13 persen yoy mencapai Rp3,5 triliun.
Sedangkan DPK tumbuh 15 persen yoy menjadi Rp31,3 triliun. Per Juni 2025, Jenius mencatat 6,1 juta pengguna terdaftar atau naik 7 persen yoy.
Baca juga: Jenius dan Wise hadirkan transfer lintas negara lebih cepat dan murah
Baca juga: Kemendag dan SMBC kolaborasi dorong ekspor ke pasar Jepang
Baca juga: SMBC Indonesia bukukan laba bersih Rp634 miliar pada triwulan I 2025
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.