
Kasus dugaan penipuan jual-beli kontrakan murah di kawasan Bekasi Barat, Kota Bekasi, sudah memakan korban 63 orang—tadinya 57 orang. Total kerugian pun dari semula Rp 5,7 miliar kini tembus mencapai Rp 7 miliar.
Kini, bangunan rumah kontrakan itu tinggal puing akibat dihancurkan oleh keluarga pelaku penipuan karena sering dijual—dijadikan alat penipuan.
Kisah penipuan ini bermula dari tawaran kontrakan murah yang diunggah di media sosial Facebook oleh akun bernama Yurike. Dari penawaran tersebut, para korban kemudian diarahkan ke seorang wanita bernama Karsih yang mengaku sebagai pemilik kontrakan di RT 03 RW 11, Kelurahan Jakasampurna, Bekasi Barat.
Salah satu korban, Henry Idris (45 tahun), mengaku terjebak setelah melihat tawaran kontrakan dua pintu seharga Rp 100 juta. Harga itu dianggapnya sangat miring, mengingat lokasi kontrakan berada di kawasan Kranji yang cukup strategis.
“Awalnya saya dihubungi lewat Facebook, lalu dipertemukan dengan Bu Karsih yang mengaku pemilik. Katanya suratnya masih girik, tapi nanti diurus ke AJB (Akta Jual Beli),” tutur Henry, Selasa (15/7).
Transaksi pun dilakukan. Para korban dibawa bertemu dengan seorang yang mengaku notaris. Namun belakangan, Henry dan korban lainnya mulai curiga karena pertemuan dilakukan bukan di kantor notaris, melainkan di rumah pribadi.
“Waktu itu kami transaksi di rumahnya, bukan di kantor. Ternyata notarisnya bodong, surat-suratnya juga nggak kunjung jadi. Dari situ mulai banyak yang curiga,” lanjut Henry.Karsih Mendadak Hilang

Kecurigaan makin menguat setelah Karsih mendadak menghilang sejak awal Juli 2025. Para korban tak bisa lagi menghubunginya, dan janji pengurusan surat dari girik ke AJB tak kunjung ditepati.
“Awalnya tanggal 1 Juli masih aktif, tanggal 2 udah enggak bisa dihubungi. Dari situ korban-korban lain mulai berdatangan. Ada yang kena Rp 75 juta, ada yang Rp 350 juta,” ujar Henry.
Ketua RW 11, Fikri Ardiansyah, membenarkan bahwa kasus ini sudah merugikan banyak warga. Hingga Selasa (15/7), ia mencatat total korban sudah mencapai 63 orang.
“Awalnya yang lapor ke saya ada 57 orang, hari ini nambah lagi jadi 63 orang. Total kerugian sekitar Rp 7 miliar lebih. Angka per korban bervariasi, dari Rp 75 juta sampai Rp 360 juta,” ujar Fikri.Sejak Juni 2023

Menurut Fikri, praktik jual-beli kontrakan bodong ini sudah berjalan sejak Juni 2023. Bahkan transaksi terbaru diketahui masih terjadi hingga akhir Juni 2025, atau dua minggu sebelum kasus ini mencuat dan viral di media sosial.
“Yang terbaru itu tanggal 24 Juni kemarin masih ada transaksi. Banyak yang enggak tahu, begitu viral di berita baru sadar, terus berdatangan buat lapor,” kata Fikri.
Hingga berita ini diturunkan, kasus ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Para korban berharap pelaku bisa segera ditangkap agar tak ada lagi korban yang jatuh ke dalam jebakan serupa.