Singapura (ANTARA) - Sejumlah negara manufaktur maju di Asia, seperti Singapura, telah menanggung lebih dari 20 persen biaya tarif Amerika Serikat (AS), demikian dikatakan kelompok jasa keuangan Nomura dalam sebuah laporan yang dikutip oleh media setempat pada Senin (8/9).
Grup asal Jepang itu mengatakan pengekspor Asia menanggung sekitar seperlima tarif AS dan membebankan sisanya kepada pembeli, dengan perbedaan tajam di berbagai negara.
Singapura, dengan manufaktur yang sudah maju dan ekspor bernilai tinggi, memiliki kapasitas lebih besar untuk menanggung tarif tersebut, sementara negara ASEAN lainnya tidak demikian, kata Nomura.
Para analis Nomura menjelaskan bahwa perbedaan ini menunjukkan bagaimana manufaktur maju dan memiliki daya tawar harga yang kuat mampu menanggung beban tarif. Sebaliknya, produsen di sektor dengan nilai tambah yang lebih rendah tidak memiliki fleksibilitas yang sama untuk menanggung tarif tersebut.
Secara global, pengekspor menanggung hampir 25 persen biaya tarif, menurut Nomura, setelah memeriksa harga impor AS dan indeks harga ekspor Asia dari Januari hingga Juli.
Ke depannya, Asia dihadapkan pada tantangan ganda, yakni pengekspor perlu menjaga harga tetap rendah agar tetap kompetitif di pasar AS, sembari menghadapi tekanan dari penguatan mata uang lokal. Kondisi ini membuat mereka harus memilih antara menaikkan harga dan berisiko kehilangan pangsa pasar di AS, atau menanggung kenaikan biaya yang pada akhirnya dapat menggerus profitabilitas.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.