
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, menilai hubungan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa memiliki potensi besar yang tidak boleh dilewatkan.
Terutama setelah disepakati nya Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan beberapa Memorandum of Understanding (MoU) yang telah diteken oleh pihak RI dengan Uni Eropa.
Pria yang akrab dipanggil Anin ini juga menyatakan bahwa kesepakatan Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dan Uni Eropa akan ditandatangani September dan dijadwalkan ratifikasi pada tahun depan.
Menurutnya, dunia usaha tidak perlu menunggu proses itu selesai untuk mulai mengambil langkah konkret.
“Bisnis tidak perlu menunggu, bisnis bisa mulai dari sekarang, mengetahui setahun itu cepat,” ucap Anin saat ditemui di France-Indonesia Business Breakfast Dialogue di Prancis, Rabu (16/7).
Anin menyatakan, total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa itu berjumlah USD 30 miliar, sementara dengan Amerika Serikat (AS) berjumlah USD 40 miliar.
Dengan karakter ekspor yang mirip antara dua pasar besar itu, Uni Eropa dinilai sangat potensial sebagai pasar alternatif maupun tambahan.
“(Total dagang RI-Uni Eropa) itu enggak kecil. Amerika itu USD 40 miliar. Jadi ini bisa menjadi pasar tambahan atau alternatif tergantung ngelihatnya seperti apa,” jelas Anin.

Produk Unggulan
Dia pun membeberkan sejumlah produk utama Indonesia yang berpotensi besar di pasar Uni Eropa seperti alas kaki, garmen, tekstil, minyak sawit, karet, dan produk elektronik, yang tak jauh sama dengan AS.
“Ini pangsa yang sangat menarik buat Indonesia, terutama untuk menciptakan pasar baru yang ujungnya investasi dan lapangan kerja,” lanjutnya.
Lebih jauh, Anin juga menekankan bahwa nilai impor Uni Eropa saat ini mencapai USD 7 triliun, dua kali lipat dari AS. Menurutnya, menjadi indikator penting bahwa pasar Eropa menyimpan potensi luar biasa bagi pelaku usaha Indonesia.
Kemudian, Anin mengatakan bahwa AS tetap merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia, tetapi kontribusinya hanya sekitar 13 persen dari total perdagangan dunia. “87 persennya tempat (negara) lain. Jadi kita tidak bisa melupakan hal-hal yang lain. Nah, mudah-mudahan dua-duanya lancar,” jelasnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa MoU antara Indonesia dan Uni Eropa yang ditandatangani dua bulan lalu mencapai nilai USD 11 miliar. Katanya, potensi realisasi dari kerja sama itu bahkan bisa lebih besar karena banyak proyek tidak tercatat secara resmi.
“Tidak semuanya (perjanjian) skalanya besar. Nah, tapi banyak sekali yang juga bisa dilakukan,” tutupnya.