
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif resiprokal sebesar 32 persen terhadap produk Indonesia, pemerintah Indonesia pun tengah menyiapkan langkah strategis dengan memperluas pasar ekspor.
Wakil Menteri Perdagangan RI (Wamendag) Dyah Roro Esty mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah tengah mengupayakan perluasan pasar ekspor ke Tunisia tahun ini.
“(Perluasan pasar setelah penerapan tarif) ke Tunisia tahun ini Insyaallah. Ratifikasi,” ucap Roro saat ditemui usai acara Uganda-Indonesia Business Forum 2025 di Jakarta Pusat, Kamis (10/7).
Selain itu, pada tahun 2025 Indonesia tercatat memiliki sekitar 19 perjanjian perdagangan bebas (FTA) serta Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dalam kerangka bilateral maupun regional, yang mencakup negara-negara ASEAN, China, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, Hong Kong, Pakistan, Chili, Uni Emirat Arab (UEA), hingga Iran. Perjanjian-perjanjian ini diharapkan dapat memperluas pasar ekspor Indonesia.
“Kami sedang memperluas pasar ke sejumlah negara, dan mudah-mudahan tahun ini bisa meratifikasi CEPA dengan Peru. Proses serupa juga sedang berlangsung dengan Kanada. Indonesia-EU CEPA juga sedang dalam proses, dan masih banyak lagi yang lainnya,” ujar Roro dalam kesempatan yang sama.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI (Menlu) Sugiono mengungkapkan bahwa seluruh negara ASEAN, termasuk Indonesia, sepakat memperkuat kerja sama kawasan dan mencari alternatif pasar sebagai respons atas tekanan ekonomi global, termasuk kebijakan tarif tinggi yang dilontarkan Presiden Trump.
“Bagaimana bukan menghilangkan ketergantungan tapi cari (pasar) alternatif menghadapi situasi ekonomi global seperti ini. Dan tadi semua menyampaikan concern yang sama bahwa ASEAN wilayah yang besar, ada 700 juta penduduknya, merupakan pasar yang besar,” kata Sugiono saat ditemui di ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) di Kuala Lumpur, Malaysia, dikutip Kamis (10/7).
Sementara itu, Jubir Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto juga mengatakan pemerintah menegaskan fokus utama saat ini adalah menurunkan tarif impor AS terhadap produk Indonesia yang kini mencapai 32 persen.
Terkait keanggotaan BRICS, pemerintah menyatakan keputusan itu bukan bentuk respons atas tarif AS. “Itu bagian dari politik luar negeri bebas aktif, bukan soal transaksi dagang semata,” ujar pejabat Kemenko Perekonomian saat ditemui di tempat terpisah.
Indonesia kini dibebankan tarif impor tambahan sebesar 32 persen oleh Trump. Selama ini, barang Indonesia yang masuk ke AS juga sudah dikenakan tarif impor atau bea masuk.
Trump menyampaikan surat mengenai tarif resiprokal ditujukan kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Tarif yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 tersebut tidak termasuk dengan tarif impor yang sudah berlaku sebelumnya.