Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia sepak bola, terkadang satu momen bisa mengubah segalanya. Untuk Rio Ngumoha, momen itu datang pada laga Liverpool melawan Newcastle, Selasa (26/8/2025) dini hari WIB.
Remaja berusia 16 tahun itu tidak hanya mencetak gol kemenangan yang spektakuler, tetapi juga menorehkan namanya dalam sejarah The Reds sebagai pencetak gol termuda. Sebuah prestasi yang konon harusnya terasa seperti tamparan bagi dua raksasa Inggris: Chelsea dan Manchester United.
Mengapa? Cerita di balik sosok Ngumoha penuh dengan ironi untuk kedua klub tersebut.
Lulusan Chelsea, Penggemar MU
Rio Ngumoha bukanlah nama asing di kancah akademi sepak bola Inggris. Pemain sayap berbakat ini justru menghabiskan masa pembentukannya di Chelsea, bergabung sejak usia delapan tahun.
Namun, pada September 2023, ia memilih untuk tidak memperpanjang kontrak dan hengkang ke Liverpool tepat di usia 16 tahun.
Yang membuatnya semakin menarik, dalam sebuah video TikTok viral untuk Adidas, Ngumoha dengan jujur mengakui, “Saya fans Manchester United.”
Fakta ini diperkuat dengan kabar bahwa Setan Merah juga pernah berusaha memboyongnya, tetapi kalah cepat dari Liverpool yang lebih agresif dalam perburuan tanda tangannya.
John Terry dan 'Rasa Sakit' yang Dalam
Kepergian Ngumoha jelas meninggalkan luka. Legenda Chelsea, John Terry, termasuk yang paling merasa kecewa. Terry bahkan tidak ragu menyamakan bakat Ngumoha dengan dua maestro The Blues era lampau: Eden Hazard dan Joe Cole.
Pujian setinggi itu bukan tanpa alasan. Ngumoha telah menunjukkan kualitas kelas dunia sejak di akademi Chelsea. Ia adalah pilar utama tim U-16 Chelsea yang menjadi juara nasional.
Gol individu gemilangnya di final Piala Liga U-17 melawan Wolverhampton pada April 2024 adalah preview dari bakat mentah yang dimilikinya.
Misteri Transfer dan Pola yang Berulang
Detail transfer Ngumoha ke Anfield diselimuti keheningan yang tidak biasa. Tidak ada drama publik atau konfirmasi nilai kompensasi yang dibayar Liverpool kepada Chelsea.
Hal ini kontras dengan dua transfer remaja sebelumnya yang dilakukan The Reds: Harvey Elliott dari Fulham dan Raheem Sterling dari Queens Park Rangers (QPR), yang keduanya memicu kontroversi dan harga transfer yang cukup besar untuk usianya.
Laporan menyebutkan Liverpool mematahkan struktur gaji biasa mereka untuk merekrut Ngumoha. Selain faktor finansial, pathway yang jelas untuk pemain muda di Liverpool pasca-breakthrough Conor Bradley dan Jarell Quansah disebut-sebut sebagai magnet kuat.
Sebuah Pelajaran Berharga
Pada akhirnya, perpindahan pemain muda berbakat antar klub adalah hal yang wajar. Chelsea sendiri sering kali menjadi pihak yang “memancing di air keruh” dengan merekrut bintang-bintang muda dari klub lain, seperti yang terjadi pada Tyler Dibling dari Southampton.
Namun, Ngumoha terasa berbeda. Ia adalah produk asli akademi Chelsea yang justru “terlepas” dan memilih rival. Gol historisnya untuk Liverpool hanyalah langkah pertama. Bagi Chelsea dan MU, itu adalah pengingat pahit tentang satu bintang yang bersinar terang, tetapi bukan untuk mereka.
Kini, semua mata tertuju pada Rio Ngumoha. Sebuah nama yang tidak hanya membawa harapan bagi Liverpool, tetapi juga membawa penyesalan yang dalam bagi dua klub yang melewatkannya.
Sumber: The Sun