
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) di Jabodetabek sejak Senin (7/7) kemarin. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir risiko bencana hidrometeorologi di kawasan tersebut.
Sebab, pada 2 hari sebelumnya yakni Sabtu (5/7) hingga Minggu (6/7), Jakarta sempat dilanda hujan dan menyebabkan banjir di sejumlah titik.
Operasi ini dilakukan selama 24 jam non stop, dari Pos Komando Operasi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
“Operasi ini bukan hanya bertujuan mencegah bencana, tetapi juga menekan eskalasi dampaknya dan mempercepat proses penanganan di lapangan. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan,” kata Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto di Jakarta, Kamis (10/7), dikutip dari situs resmi BMKG.
Sampai hari ini, sudah ada 18 sorti penerbangan yang dilakukan oleh 2 operator yakni PT Alkonost dan PT Makson. Operasi ini menyemai 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalium Oksida (CaO) ke awan yang berpotensi memicu hujan ekstrem.
Pelaksanaan OMC ini sempat terkendala cuaca buruk di hari pertama. Namun segera diatasi oleh pesawat dari BNPB.
"Sejak tanggal 8 Juli, operasi berjalan optimal dan mulai menunjukkan penurunan intensitas hujan di beberapa wilayah target, khususnya Jabodetabek," kata Seto.
“Modifikasi cuaca adalah upaya ilmiah berbasis data untuk meredam dampak cuaca ekstrem. Ini bukan lagi kegiatan eksperimental, tetapi bagian dari strategi nasional mitigasi bencana,” sambungnya.

Di sisi lain, pelaksanaan OMC dilakukan berdasarkan pemodelan cuaca numerik dan prediksi atmosfer real-time yang diperbarui secara berkala oleh BMKG. Evaluasi harian dilakukan untuk menentukan efektivitas operasi, serta untuk memberikan masukan teknis kepada BNPB dalam merumuskan kebutuhan lanjutan.
BMKG menekankan pentingnya pemahaman karakteristik wilayah dalam mengantisipasi dampak hujan. Di daerah dengan sistem drainase dan resapan baik, hujan dengan intensitas tinggi dapat tertangani. Namun di wilayah urban seperti Jabodetabek, intensitas serupa dapat memicu banjir dalam waktu singkat.
Adapun seluruh pendanaan pelaksanaan OMC kali ini ditanggung oleh BNPB, sementara BMKG bertanggung jawab atas pemberian rekomendasi teknis, pendampingan ilmiah, serta pengawasan operasional di lapangan, untuk memastikan pelaksanaan berjalan akurat dan efektif.
Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Agus Riyanto menjelaskan untuk mendukung proses OMC, BNPB memberikan dukungan dua unit pesawat. Kedua pesawat ini digunakan untuk menyemai awan oleh kru yang bertugas.

Sementara Kapusdatin BNPB Abdul Muhari menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah operasi kolaboratif. Pendanaan melalui BNPB, dan BMKG berperan dalam memberikan masukan dan rekomendasi teknis selama operasi.
Meski telah melaksanakan OMC, pertumbuhan awan konvektif masih aktif terjadi. Terutama saat sore hari, akibat kondisi atmosfer yang basah serta penguapan yang tinggi.
Maka, tim terus memantau pembentukan awan itu secara visual atau lewat radar. Awan-awan itu masih terbentuk di area utara Jawa, seperti Jakarta, Karawang, dan Bekasi.
"Jika awan-awan berpotensi hujan terbentuk di atas laut dan terdeteksi bergerak ke daratan, penyemaian akan dilakukan di laut terlebih dahulu agar hujan turun sebelum mencapai wilayah padat penduduk,” ujar Direktur Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo.
Terakhir, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan aktif mengakses informasi resmi. Dengan informasi yang akurat dan terkini, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil langkah mitigasi mandiri secara tepat.