Bagaimana Proyeksi Emiten Sawit RI di Tengah Bayang-Bayang Tarif Trump?

3 weeks ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Wahyudi/AFPPengiriman CPO ke Truk Angkut. Foto: Wahyudi/AFP

Pengenaan tarif oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebesar 32 persen terhadap sejumlah produk asal Indonesia, termasuk minyak sawit mentah (CPO), memicu kekhawatiran pasar komoditas.

Emiten-emiten sawit nasional kini dibayangi risiko koreksi valuasi akibat potensi penurunan ekspor dan tekanan margin laba.

Pengamat pasar modal sekaligus Analis Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi, menilai jika kebijakan tersebut resmi berlaku pada 1 Agustus 2025.

Dia memproyeksikan banyak analis akan merevisi turun rekomendasi terhadap saham-saham dari sektor CPO, seperti, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk (LSIP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).

"Jika tarif tersebut diterapkan, mayoritas analis sekuritas kemungkinan besar akan merevisi turun atau men-downgrade rekomendasi untuk saham-saham di sektor CPO," kata Lanjar, kepada kumparan, Rabu (9/7).

 Rizky Lutfiansyah/kumparanHamparan kebun sawit di Siak, Riau. Dari pohon sawit inilah berbagai macam olahan minyak sawit dihasilkan dan berkualitas ekspor. Foto: Rizky Lutfiansyah/kumparan

Lanjar menjelaskan, tekanan yang mungkin terjadi mencakup penurunan volume ekspor, harga jual rata-rata CPO, hingga margin keuntungan. Semua ini akan berimbas pada valuasi wajar saham yang lebih rendah dari sebelumnya.

"AALI dan LSIP pendapatan mereka sangat bergantung pada CPO sehingga kedua saham ini menurut saya akan paling berdampak. SIMP dan TBLA saya lihat memiliki ketahanan lebih sedikit baik karena mereka memiliki bisnis hilirisasi seperti oleokimia dan beberapa produk turunan lain," lanjutnya.

Meski demikian, Lanjar melihat belum terlihat adanya aksi rebalancing signifikan terhadap sektor sawit. Namun, jika kebijakan tarif benar-benar diimplementasikan pada 1 Agustus 2025, potensi pergeseran portofolio tetap terbuka.

Lanjar juga menyoroti dampak terhadap valuasi Price to Earnings (P/E) dan Price to Book Value (PBV) emiten sawit.

"Di saat terjadi penurunan laba bersih akibat peningkatan tarif dan penurunan volume ekspor tentu secara otomatis mempengaruhi valuasi P/E, namun tidak langsung ke valuasi PBV," jelasnya.

Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual di Hotel Marianna Samosir, Minggu (28/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanKepala Ekonom Bank BCA David Sumual di Hotel Marianna Samosir, Minggu (28/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Sementara itu, dari sisi makroekonomi, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menilai pasar masih menunggu hasil negosiasi tarif secara final hingga tanggal 1 Agustus 2025.

Oleh karena itu, menurutnya, belum ada dampak langsung yang terasa saat ini, termasuk dari sisi pergerakan portofolio institusi.

"Sepertinya masih menunggu negosiasi tarif lanjutan sampai deadline tanggal 1 Agustus 2025. Sehingga belum ada dampak pada sektor CPO dan indikasi rebalancing," kata David.

Meski begitu, David mengakui kebijakan ini berpotensi menjadi sentimen negatif, terlebih karena munculnya proyeksi penurunan ekspor dari pelaku industri.

"Bisa jadi sentimen negatif, tapi pelaku juga sudah mulai diversifikasi pasarnya juga," imbuhnya.

Sebelumnya, ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat (AS) kemungkinan bakal turun imbas tarif sebesar 32 persen yang diberlakukan pada 1 Agustus 2025.

Malaysia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua dinilai berpotensi mendapatkan pangsa pasar atas situasi ini.

Dikutip dari Reuters, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, tetapi Indonesia sejauh ini merupakan pemasok terbesar ke AS, menyumbang 85 persen dari total impornya tahun lalu.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Hadi Sugeng menyebutkan jika tarif baru tersebut berlaku, hal itu dapat menyebabkan penurunan pengiriman minyak sawit Indonesia ke AS sebesar 15-20 persen.

“Daya saing minyak sawit akan menurun terhadap minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak lobak, terutama jika negara pengekspor minyak nabati ini menerima tarif yang lebih rendah,” katanya, dikutip Rabu (9/7).

Read Entire Article