Lampung Geh, Lampung Selatan – Sebanyak 75 siswa yang telah terpilih menjadi peserta didik Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 32 Lampung Selatan menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh, pada Senin (14/7).
Pemeriksaan dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Lampung bekerja sama dengan RSUD dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) sebagai bagian dari tahapan awal sebelum mereka mulai tinggal di asrama dan mengikuti kegiatan belajar secara penuh di akhir Juli mendatang.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung, Aswarodi menjelaskan, kegiatan ini merupakan langkah penting dalam memastikan kesiapan siswa dari sisi kesehatan sebelum proses pembelajaran berbasis asrama dimulai.
“Rekrutmen peserta didik telah selesai, total ada 75 siswa yang berasal dari 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung, dan merupakan anak-anak dari keluarga dalam kelompok Desil 1 dan Desil 2. Mereka telah melalui seleksi dan hasilnya ditetapkan melalui pleno pada 19 Juni lalu, serta telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Lampung,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, dari sisi persiapan sarana dan prasarana, seluruh komponen Sekolah Rakyat telah siap, termasuk sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran, hingga tenaga pengasuh dan keamanan.
“Seluruh tenaga pengajar dan pendukung telah hadir, terdiri dari 1 kepala sekolah, 17 guru, 4 wali asuh, 3 wali asrama, 1 tata usaha, 1 bendahara, 1 operator, dan 4 tenaga keamanan,” tambahnya.
Sekolah Rakyat di Lampung merupakan bagian dari 100 titik Sekolah Rakyat yang dibentuk di seluruh Indonesia oleh Kementerian Sosial RI.
Dari jumlah tersebut, 37 titik, termasuk di Lampung, masuk ke tahap 1B, yang saat ini masih dalam tahap renovasi oleh Kementerian PUPR.
“Kontrak renovasi sudah dimulai sejak 4 Juli dan pelaksanaannya dimulai 5 Juli lalu. Setelah pemeriksaan kesehatan, siswa akan kembali ke daerah masing-masing menunggu selesainya proses renovasi,” ujar Aswarodi.
Wakil Gubernur Lampung, Jihan Nurlela, turut meninjau langsung jalannya pemeriksaan kesehatan.
Jihan menekankan pentingnya tes kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran penyakit menular sebelum para siswa tinggal di lingkungan asrama.
“Karena sistem sekolah ini berbasis asrama, kami ingin memastikan semua anak dalam kondisi sehat, terutama dari penyakit menular seperti penyakit kulit dan infeksi pernapasan. Jika ditemukan kondisi kesehatan yang tidak normal, maka akan segera ditindaklanjuti, termasuk karantina atau pengobatan,” ujar Jihan.
Ia juga mengimbau seluruh tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan secara teliti dan mencatat semua temuan agar bisa segera diambil langkah lanjutan sebelum sekolah dimulai akhir Juli.