
LEBIH dari 356.000 warga Jepang diperintahkan untuk melakukan evakuasi setelah gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 8,8 mengguncang Semenanjung Kamchatka di Rusia. Kejadian ini memicu kekhawatiran akan kemungkinan tsunami yang merusak, demikian laporan dari NHK Jepang pada Rabu (30/7)..
Evakuasi diperintahkan di minimal enam prefektur sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman tsunami yang mungkin terjadi.
Pemerintah Jepang juga membentuk sebuah pusat krisis di bawah koordinasi kantor perdana menteri untuk menanggapi situasi tersebut.
Awalnya, peringatan tsunami dikeluarkan khusus untuk wilayah Jepang, dan kemudian meluas hampir ke seluruh pesisir Pasifik bagian timur negara itu. Diperkirakan gelombang dengan ketinggian mencapai tiga meter akan menghantam sejumlah area.
Sejauh ini, tsunami dengan ketinggian antara 30 sampai 50 sentimeter telah terdeteksi di beberapa lokasi.
Dalam konferensi pers, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, menyatakan bahwa tidak ada anomali yang dilaporkan di pembangkit listrik tenaga nuklir setelah gempa bumi.
Selain itu, layanan kereta api di 41 jalur telah dihentikan sementara, dan landasan pacu di Bandara Sendai juga masih ditutup, kata Hayashi.
Gempa yang terjadi pada Selasa malam pukul 23:24 GMT (atau Rabu pagi pukul 06.24 WIB) tersebut merupakan gempa terkuat yang melanda wilayah tersebut sejak tahun 1952.
Pemerintah Wilayah Sakhalin mengumumkan keadaan darurat di Distrik Severo-Kurilsky sebagai dampak dari gempa dan potensi tsunami. (Ant/E-4)