
Indeks Saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup menguat pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (27/6). Bahkan indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Dikutip dari Reuters, Senin (30/6) hal ini disebabkan oleh persepsi pasar yang optimistis terhadap kesepakatan tarif AS dengan beberapa negara. Selain itu data ekonomi yang dirilis turut menguatkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 432,43 poin atau 1,00 persen ke level 43.819,27. Indeks S&P 500 (SPX) turut menguat 32,05 poin atau 0,52 persen ke level 6.173,07, dan Nasdaq Composite (IXIC) naik 105,55 poin atau 0,52 persen ke level 20.273,46.
Hal ini membuat S&P 500 dan Nasdaq memecahkan rekor sementara indeks Dow Jones masih berada 2,7 persen di bawah rekor penutupan tertingginya yang tercatat pada 4 Desember.
“Pasar ini cukup tangguh, investor tengah menikmati momentum dan mencari peluang breakout,” kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services.
Di hari Jumat lalu kenaikan saham sempat sedikit terpangkas usai Presiden AS Donald Trump menghentikan negosiasi tarif dengan Kanada sebagai respons atas pajak digital yang dikenakan Kanada terhadap perusahaan teknologi. Meski begitu, ketiga indeks utama Wall Street tersebut tetap mencatatkan keuntungan mingguan.
Masih terkait kesepakatan dagang, AS dan China mencapai kesepakatan untuk mempercepat pengiriman rare earth atau tanah jarang dari China ke AS sebelum 9 Juli atau masa berakhirnya penundaan 90 hari tarif resiprokal Trump.
Untuk dampak tarif Trump, saat ini dampak tarif belum terasa pada harga, inflasi tetap bertahan di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.
Sementara dari sisi data ekonomi, laporan Personal Consumption Expenditures dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan pendapatan dan belanja konsumen secara tak terduga menyusut pada Mei. Laporan terpisah dari University of Michigan mengkonfirmasi bahwa sentimen konsumen membaik bulan ini, namun masih jauh di bawah lonjakan pasca pemilu AS pada Desember lalu.

Dengan kondisi tersebut pasar memprediksi adanya kemungkinan sebesar 76 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pertamanya tahun ini pada bulan September. Sementara itu peluang pemangkasan lebih cepat di bulan Juli hanya sebesar 19 persen, menurut alat FedWatch dari CME.
Dari 11 sektor utama di indeks S&P 500, sektor konsumer barang dan jasa non esensial mencatatkan kenaikan tertinggi secara persentase. Sementara saham energi menjadi penghambat kenaikan.
Saham produsen chip (MU.O) menguat setelah perusahaan itu memberikan proyeksi optimis yang memicu kepercayaan investor pada saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI). Sementara saham perusahaan chip lainnya yakni Nvidia (NVDA.O) turut naik 1,8 persen di mana perusahaan tersebut semakin mendekati kapitalisasi pasar sebesar USD 4 triliun.
Saham Nike (NKE.N) turut melonjak 15,2 persen setelah memproyeksikan penurunan pendapatan kuartal pertama yang lebih kecil dari ekspektasi.
Di NYSE, jumlah saham yang naik lebih banyak dari yang turun dengan rasio 1,29 banding 1. Tercatat ada 347 saham mencetak harga tertinggi baru dan 55 saham menyentuh titik terendah.
Sementara di Nasdaq, 2.111 saham menguat dan 2.342 melemah dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 1,11 banding 1. Nasdaq mencetak 101 saham dengan harga tertinggi baru dan 68 saham terendah baru. Volume perdagangan di bursa AS mencapai 22,07 miliar saham atau jauh di atas rata-rata 18,27 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.