
Operasi caesar umumnya dilakukan oleh dokter ketika ibu hamil dinilai tidak dapat menjalani persalinan normal. Misalnya, kondisi kesehatan ibu, keadaan janin yang tidak normal, masalah plasenta, hingga terjadi hambatan selama persalinan berlangsung. Tetapi, ada juga ibu hamil yang merencanakan untuk persalinan caesar dengan sendirinya karena berbagai alasan, misalnya ingin bayinya lahir di tanggal cantik.
New York Post melansir, hampir 1 dari 3 kelahiran di Amerika Serikat kini dilakukan melalui operasi caesar. Dan semakin banyak kelahiran secara operasi caesar yang direncanakan, ketimbang dilakukan sebagai respons terhadap kondisi darurat ibu atau janinnya.
Operasi caesar terencana memungkinkan dokter dan calon ibu untuk menghindari ketidakpastian persalinan dan menawarkan kenyamanan serta ketenangan pikiran.
Namun, sebuah studi baru dari Swedia memunculkan beberapa bahaya tentang apa yang akan terjadi pada buah hati Anda di kemudian hari.
Para peneliti menganalisis data hampir 2,5 juta anak yang lahir antara tahun 1982 hingga 1989 dan 1999 hingga 2015. Mereka menemukan bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar lebih mungkin mengembangkan risiko penyakit kanker tertentu dibandingkan mereka yang dilahirkan secara pervaginam.
Dari hampir 376.000 anak yang lahir lewat operasi caesar, 1.495 di antaranya mengalami leukemia. Dan anak-anak yang dilahirkan melalui operasi caesar terencana, --dibandingkan dengan operasi caesar darurat--, berisiko lebih tinggi.
Secara spesifik, bayi yang lahir melalui operasi caesar memiliki risiko 21 persen lebih tinggi terkena leukemia limfoblastik akut (LLA) — jenis yang paling umum terjadi pada anak-anak. Dan risiko 29 persen lebih tinggi terkena leukemia limfoblastik akut sel B (LLA-B) — subtipe yang paling umum.
Para ahli meyakini peningkatan risiko ini mungkin berasal dari bagaimana operasi caesar terencana menghindari proses fisiologis alami yang dipicu selama persalinan, seperti pelepasan hormon penting dan paparan bakteri menguntungkan, yang mungkin berperan dalam melindungi anak dari penyakit tertentu di kemudian hari.
Yang terpenting, peningkatan risiko ini tidak diamati pada operasi caesar darurat, yang biasanya terjadi setelah persalinan dimulai.
Masih Diperlukan Banyak Data Penelitian, tapi Sarankan Ibu Hamil untuk Selalu Berdiskusi dengan Dokternya

Jangan langsung panik, Moms! Peneliti mencatat bahwa risiko keseluruhan penyakit-penyakit ini terbilang rendah. Apalagi, studi ini dilakukan dengan sampel yang berasal dari satu negara saja.
"Untungnya, LLA jarang terjadi. Ini berarti banyak [data] persalinan caesar diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan secara statistik. Dan sulit untuk mendapatkan sampel sebesar itu dalam studi registrasi Swedia," ujar Christina-Evmorfia Kampitsi, peneliti di Institut Kedokteran Lingkungan, Karolinska Institutet Stockholm, dalam siaran persnya.
"Namun, hasilnya mendekati signifikan, sejalan dengan apa yang telah ditunjukkan oleh studi sebelumnya. Dan tetap relevan setelah kami menyesuaikannya dengan faktor-faktor relevan lainnya, yang membuatnya tetap relevan," imbuh dia.
Selain itu, para peneliti menunjukkan bahwa persentase kelahiran lewat operasi caesar di Swedia hanya 11-15 persen. Dan tingkat leukemia anak secara keseluruhan sekitar 4,5 per 100.000.
Temuan ini dipublikasikan pada di International Journal of Cancer.
Kampitsi mendesak para calon ibu untuk tidak sepenuhnya mengabaikan operasi caesar. Namun, mungkin ada baiknya mendiskusikan alternatifnya dengan dokter kandungan Anda, mengingat hubungan antara operasi caesar dan risiko masalah kesehatan lainnya.
“Operasi caesar merupakan bagian penting dan seringkali menyelamatkan nyawa dari perawatan kebidanan. Kami tidak ingin para ibu merasa cemas tentang operasi caesar yang diindikasikan secara medis,” kata Kampitsi.
Namun, Kampitsi merujuk pada penelitian lain yang menunjukkan bahwa operasi caesar yang direncanakan juga meningkatkan risiko kondisi lain, termasuk asma, alergi, dan diabetes tipe 1.
Sebuah meta-analisis tahun 2024, misalnya, menunjukkan kelahiran melalui operasi caesar meningkatkan risiko alergi makanan sebesar 35 persen dan asma sebesar 20 persen pada anak-anak di kemudian hari.
Dan sebuah meta-analisis tahun 2011 menemukan, operasi caesar menyebabkan peningkatan risiko diabetes tipe 1 sebesar 20 persen pada anak-anak.
“Ada alasan untuk membahas operasi caesar yang tidak diindikasikan secara medis,” tutup dia.