Sejarah Kognisi dan Kisah Besar Indonesia

9 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Penari membawakan tarian dengan bendera merah putih pada aksi 17 Jam Menari Untuk Indonesia di Bongkeng Art Space, Bandung, Jawa Barat, Senin (17/8/2020). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO

Indonesia kerap dianggap gagal menceritakan kisahnya sendiri. Baik di forum domestik maupun internasional, narasi tentang Indonesia sering kali ditulis oleh orang luar, bukan oleh anak bangsa sendiri. Pandangan ini jelas merugikan, seolah bangsa ini tidak memiliki memori kolektif maupun peradaban yang layak dipertontonkan. Padahal, sejarah panjang Indonesia justru menyimpan kisah besar yang bukan hanya penting untuk bangsa ini, melainkan juga bagi kemanusiaan secara global.

Kisah besar itu bermula jauh sebelum istilah “Indonesia” lahir. Sekitar 75 ribu tahun lalu, letusan dahsyat Gunung Toba mengirimkan lava dan debu ke seluruh dunia. Bencana itu memicu “reset” kemanusiaan: populasi manusia turun drastis hingga hanya tersisa kelompok-kelompok kecil dengan daya kognitif tinggi. Dari tragedi itulah, revolusi kognisi yang dikenal dalam sejarah manusia 70 ribu tahun lalu menemukan momentum. Dengan kata lain, Indonesia bukan sekadar saksi, melainkan panggung utama dari drama besar keberlangsungan manusia.

Sejarah kemudian menunjukkan bagaimana nusantara menjadi ladang peradaban. Pada milenium pertama, Dinasti Syailendra membangun mahakarya arsitektur seperti Candi Borobudur—monumen spiritual sekaligus kecanggihan teknik yang membuat dunia kagum hingga kini.

Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Foto: Aisyah Sakinah/Dokumentasi Pribadi.

Memasuki milenium kedua, Majapahit tampil sebagai kerajaan maritim terbesar yang menguasai wilayah luas di Asia Tenggara. Selama 200 hingga 300 tahun, Majapahit meletakkan standar kejayaan yang menjadi fondasi identitas politik dan kebudayaan Indonesia.

Namun, kebesaran itu tidak abadi. Seiring abad ke-15, ketika Gutenberg menemukan mesin cetak di Eropa dan arus pengetahuan berlari cepat, kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara justru melemah. Kerajaan Khmer runtuh, Vietnam jatuh ke tangan Dinasti Ming, dan nusantara kehilangan daya adaptasi. Pada abad ke-17, Indonesia kian rentan menghadapi ekspansi ekonomi dan militer Eropa.

Hal ini diperparah karena Tiongkok tidak mengeksternalisasi kekuatannya akibat transisi dari Dinasti Ming ke Dinasti Qing, yang lebih memilih fokus pada domestikasi diri. Tidak adanya countervailing force membuat nusantara jatuh ke dalam cengkeraman kolonialisme selama 350 tahun—sebuah “masa penghinaan” yang bahkan lebih panjang daripada “abad penghinaan” yang dialami Tiongkok.

Kisah-kisah sejarah ini penting karena membentuk identitas kolektif bangsa. Namun ironisnya, banyak orang Indonesia tidak menyadarinya. Dalam wacana publik, narasi kebangsaan lebih sering berhenti pada proklamasi 1945 dan masa-masa setelahnya, seakan-akan peradaban ini tidak memiliki akar yang dalam. Padahal, sebuah bangsa hanya bisa melangkah ke depan bila ia paham dari mana ia berasal.

Narasi yang Hilang dan Tantangan Identitas

Lebih jauh, peradaban tidak hanya ditentukan oleh siapa yang berkuasa, tetapi oleh sejauh mana sebuah bangsa mampu mendistribusikan kognisi. Kemajuan manusia lahir dari kemampuan berpikir, menalar, dan menularkan pengetahuan. Dalam konteks nusantara, sejarah letusan Toba hingga kejayaan Majapahit adalah bukti bahwa Indonesia memiliki peran dalam mengangkat peradaban berbasis kognisi.

Sayangnya, kemampuan bercerita tentang kejayaan itu kurang terdistribusi. Kita cenderung memiliki “amnesia sejarah”, mudah melupakan peristiwa besar yang mestinya jadi sumber kebanggaan dan pelajaran. Akibatnya, bangsa ini sering dipandang hanya sebagai objek geostrategis—pasar besar, cadangan sumber daya, atau arena perebutan pengaruh global—bukan sebagai subjek dengan narasi historis yang kuat.

Padahal, jika bangsa ini mau menata ulang memori kolektifnya, ada modal besar yang bisa dipakai untuk membangun 'grand narrative' Indonesia. Modal itu ada dalam artefak sejarah, tradisi budaya, dan bukti-bukti peradaban yang tersebar dari Sumatra hingga Papua. Narasi inilah yang seharusnya dijadikan fondasi untuk memperkuat identitas, bukan hanya slogan-slogan politik jangka pendek.

Menceritakan kisah besar Indonesia juga penting dalam konteks global. Dunia hari ini mencari cerita alternatif terhadap dominasi Barat. China berhasil menarasikan “kebangkitan kembali” setelah abad penghinaan. India mengemas kisah peradaban ribuan tahun sebagai kekuatan 'soft power' dalam diplomasi internasional. Indonesia pun punya peluang yang sama, bahkan lebih kuat, karena kisahnya terkait langsung dengan sejarah kemanusiaan global.

Masalahnya, narasi besar ini belum benar-benar kita kemas. Di dalam negeri, pelajaran sejarah sering terjebak pada hafalan tahun dan peristiwa, tanpa menghubungkan makna filosofisnya dengan kondisi sekarang. Di luar negeri, diplomasi budaya Indonesia belum maksimal mengangkat kisah ini sebagai modal Read Entire Article