
Pasangan suami istri (pasutri) di Karawang, Jawa Barat diduga memaksa 6 anak kandungnya bergantian mengemis di jalanan. Anaknya yang baru berusia 3 tahun bahkan dilibatkan mengemis tanpa sehelai pakaian.
Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinas Sosial (Dinsos) Karawang, Asep Riyadi, menyebut keluarga tersebut merupakan warga Kampung Borontok, Kecamatan Kutawaluya, Karawang.
Dua dari enam anak beserta ibunya berinsial I, kini sudah diamankan di Rumah Singgah milik Dinsos Karawang.
"Warga Borontok, Kutawaluya. Kami dapat laporan Kamis, tapi untuk mengevakuasi kasus tersebut kita harus mateng, soalnya ketika viral mereka selalu menghindar, jadi kita mengintai," katanya, Rabu (25/6).
Asep menjelaskan, dugaan eksploitasi anak tersebut sudah berjalan sejak lama. Mereka biasa bergantian mengemis di jalanan dan kawasan Pasar Rengasdengklok beserta ibunya.
Ironinya, anak paling kecil dari keluarga tersebut dibiarkan mengemis tanpa pakaian.
"Ini sangat memprihatinkan, maraknya orang tua yang mengeksploitasi anak untuk meminta belas kasihan. Apalagi anak yang masih tiga tahun nggak dibaju tadi," katanya.
Tidak Disekolahkan

Dia menyebut 6 anak itu terdiri dari anak berusia 21 tahun, 17 tahun, 15 tahun, 12 tahun, 10 tahun dan paling kecil balita berusia 3 tahun.
Keenam anak itu, kata dia, tidak disekolahkan oleh orang tuanya agar bisa mengemis dan membantu perekonomian keluarga. Mereka diantar jemput oleh ayahnya yang berprofesi sebagai buruh tani.
"Kecuali yang usia 21 sama 17 tahun putus sekolah dari SD," katanya.
"Ibunya masih punya suami, katanya kuli di kebun. Rumahnya ada, tidak ngontrak, ada motor. Setiap hari yang antar jemput untuk ngemis itu suaminya," tambah Asep.
Kata Ortu di Karawang Bawa 6 Anak Gantian Ngemis: Pengin Ikut Sendiri, Tak Paksa
Iyah (40 tahun) dan suaminya Dating, diduga memaksa 6 anak kandungn mereka ikut mengemis di jalanan. Tapi, Iyah membantah tudingan ini.
Iyah beralasan terpaksa membawa anaknya ke jalanan karena tidak mau ditinggal jauh olehnya.
"Demi Allah emak mah nggak maksa mereka ikut-ikut, cuma yang paling kecil kan pengin ikut, pengin bareng emak wae. Gantian ngikut itu juga sebetulnya sudah dibilangin nggak usah ikut," ungkap Iyah saat berbincang dengan kumparan di Rumah Singgah Dinsos Karawang, Kamis (26/6).
Disinggung soal anak bungsunya yang disebut sering dalam kondisi telanjang, ia juga membantah. Iya mengaku anaknya lebih sering telanjang lantaran tak betah diberi pakaian.
Terlebih saat terjaring razia Dinsos Karawang beberapa waktu lalu, anaknya baru selesai dimandikan.
"(Pakai) celana nggak betah, jadi ke mana-mana jarang pakai kalau tidur di jalan. Sering sih dipakein cuma kan suka dibuka-buka lagi," ujarnya.
"Kemaren itu pas habis mandi, pengin tidur nggak mau pakai celana. Bukan sengaja nggak dikasih baju kok," tambah dia.
Akui dapat bantuan pemerintah
Iyah tak memungkiri pernah mendapat bantuan dari pemerintah berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan Rumah tidak layak huni (Rutilahu).
"Emak dapet PKH, tapi berhubung anak nggak sekolah diberhentiin, terus Rutilahu pernah dapet waktu dulu rumah emak kahuruan (kebakaran). Tapi ya gitu di rumah juga kita mah nggak punya sumur, tidur juga ngampar," ucapnya.
Dinsos Karawang Akan Sekolahkan Anak yang Dipaksa Mengemis Orang Tuanya

Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berencana menyekolahkan anak-anak yang dipaksa menjadi pengemis oleh orang tuanya di jalan dan Pasar Rengasdengklok.
Dari keenam anak, dua di antaranya pernah sekolah di tingkat SD, namun kini putus sekolah. Enam anak itu berusia 21 tahun, 17 tahun, 15 tahun, 12 tahun, 10 tahun dan paling kecil balita berusia 3 tahun.
"Kami mau tarik anaknya, sekolahkan gratis, anaknya diurus. Yang kecil dipindah ke yayasan, yang gede kami masukkan ke sekolah paket C di Bogor atau Subang," ungkap Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinsos Karawang, Asep Riyadi, Kamis (26/6).
"Kalau untuk ibunya kami kirim ke Lembang, ada pembinaan modal usaha dan keterampilan," lanjutnya.