
Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) pusing akibat Jalan Denpasar-Gilimanuk yang tepat berada di Pasar Bajera, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Bali, amblas sedalam 8 meter pada Senin (7/5). Amblasnya jalan menciptakan sinkhole atau lubang besar.
"Kalau dampak sangat berat karena untuk kendaraan di atas 6 roda sudah tidak bisa melewati Jalur Bajera mesti mutar lewat Singajara atau Karangasem," kata Ketua Aptrindo Bali I Ketut Anom Putra Darsana saat dihubungi, Jumat (6/7).
Dia mengatakan, rata-rata para anggota asosiasi mengalami kerugian miliaran rupiah akibat insiden ini. Akibat hal ini, pengusaha harus menambah biaya untuk bahan bakar, biaya denda akibat terlambat melakukan kegiatan ekspor-impor baik di pelabuhan dan kontraktor di luar negeri.
Jarak perjalanan dari Pelabuhan Gilimanuk ke arah Kabupaten Buleleng bertambah sekitar 145 kilometer. Lalu jarak perjalanan ke arah Kabupaten Karangasem bertambah sekitar 264 kilometer akibat pengalihan arus.

Selain itu, pengusaha dibebankan biaya tambahan untuk menyewa sejumlah kendaraan kecil untuk mengangkut barang karena dishub melarang truk besar melewati kedua jalur itu dan biaya buruh membayar pemindahan barang dari truk besar ke kendaraan kecil.
Asosiasi memiliki sekitar 40 perusahaan. Masing-masing perusahaan memiliki lebih dari 3 unit kendaraan truk bervariasi mulai dari sumbu, engkel (CDE/CDD), fuso, tronton, dan trailer.
Asosiasi biasanya mengangkut barang ekspor ke luar negeri seperti kerajinan tangan hingga sektor perikanan. Rata-rata ada sekitar 40-60 penyeberangan dari Bali dan Jawa, demikian sebaliknya.
Biaya angkutan untuk satu kali perjalanan biasanya menghabiskan uang sekitar Rp 10 juta kini terpaksa bertambah menjadi Rp 20 juta.
"Anggap aja 60 penyeberangan dalam sehari dikali Rp 20 juta, belum nilai barang, nilai ekspor, demurrage, dan biaya lain-lain. Naik dua kali lipat bisa miliaran bahkan kalau taksiran global bisa ratusan miliar (rupiah)," kata Darsana.Selain itu, pengusaha juga mengeluh jalur ke arah Kabupaten Buleleng dan Karangasem berisiko tinggi karena medan jalan yang sempit, curam dan banyak tanjakan. Kamis (10/7) sampai Jumat (11/7), jalanan macet akibat trailer masuk jurang.
"Kalau perbaikan butuh satu bulan Bali berat gini. Kejadian terbaru tadi malam juga akhirnya dengan jalur yang baru lewat Bedugul banyak terjadi kecelakaan. Jadi ada trailer masuk jurang kemarin akhirnya sampai tadi pagi masih stuck, masih macet total dari Baturiti arah Bedugul ke Denpasar," sambungnya.

Di sisi lain, sejumlah kendaraan milik asosiasi truk di Jawa Timur masih banyak terjebak di Bali dan tak bisa melanjutkan perjalanan karena tidak bisa melalui jalur Bajera.
Dia berharap pemerintah bisa mempercepat proses perbaikan dan membuat jalur alternatif baru rute Jawa-Bali untuk mengantisipasi jalur Denpasar-Gilimanuk lumpuh.
"Jadi dari dulu kan kita memang harus punya jalur alternatif lain gitu, terlepas dari itu kita dari asosiasi sangat memahami bahwa ini force majeure ya, kita gak bisa juga komplain keras," katanya.