Jakarta (ANTARA) - Direktur Kebijakan dan Program Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) Piter Abdullah mengatakan Patriot Bond dapat menjadi jalan bagi konglomerat Indonesia untuk menempatkan dana secara aman, sekaligus berkontribusi langsung terhadap pembangunan nasional.
“Instrumen ini memberi jalan bagi konglomerat untuk menempatkan dana mereka secara aman sekaligus berkontribusi langsung pada pembangunan. Dengan cara ini, ketergantungan pada pinjaman asing bisa dikurangi, sementara kapasitas pembiayaan domestik meningkat,” ujar Piter sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Piter menjelaskan, Patriot Bond diarahkan untuk mendukung proyek-proyek berdampak tinggi seperti pengelolaan sampah menjadi listrik (waste-to-energy), transisi energi, serta pengembangan teknologi hijau.
“Instrumen ini menciptakan multiplier effect. Dana yang ditempatkan oleh konglomerat tidak berhenti sebagai angka di neraca, melainkan ikut menggerakkan roda perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas, hingga penguatan daya saing nasional,” ujar Piter.
Baca juga: Danantara siapkan Patriot Bonds guna dukung pembangunan RI
Selain itu, Ia memandang Patriot Bond sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi kalangan konglomerat di Indonesia.
“Dengan tata kelola yang baik, Patriot Bond menjadi lebih dari sekadar instrumen investasi. Ia bisa menjadi simbol kepedulian sosial kalangan usaha besar, bahwa kekuatan finansial mereka bukan hanya untuk kepentingan bisnis, tetapi juga untuk keberlanjutan bangsa,” ujar Piter.
Seiring dengan itu, dari kalangan konglomerat juga menyuarakan dukungannya, Pemilik Grup Sinar Mas Franky Oesman Widjaja menilai Patriot Bond sebagai instrumen yang dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan swasta.
“Instrumen ini memberi kepastian investasi sekaligus mempercepat pertumbuhan yang inklusif bagi masyarakat luas,” ujar Franky.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.