
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai transaksi investor saham syariah telah mencapai Rp 3,3 triliun per Juni 2025. Angka ini berasal dari transaksi 16.369 investor saham syariah aktif.
Selain itu, BEI juga mencatat rasio pertumbuhan investor saham syariah secara year to date (ytd) sampai Juni 2025 telah mencapai 9,7 persen dengan total jumlah investor saham syariah sampai Juni adalah 185.776 investor.
Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh optimistis pada tahun ini rasio pertumbuhan investor saham syariah akan semakin baik.
“Bukan hanya tumbuh, tapi lebih bagus,” kata dia dalam acara Edukasi Wartawan terkait Update Perkembangan Pasar Modal Syariah secara daring, Kamis (24/7).
Untuk nilai transaksi, capaian Rp 3,3 triliun per Juni 2025 tersebut sudah lebih dari setengah capaian transaksi investor saham syariah pada tahun 2024 secara tahun penuh yang ada pada Rp 5,5 triliun.
Dalam lima tahun terakhir, nilai transaksi saham syariah mengalami fluktuasi dari 2019 dengan Rp 3,3 triliun, 2020 dengan Rp 5,5 triliun, 2021 naik signifikan ke Rp 12,4 triliun, 2022 turun ke Rp 10,2 triliun, 2923 turun ke Rp 5,1 triliun dan kembali naik tipis ke Rp 5,5 triliun pada 2024.
Sementara itu untuk 2025 sampai dengan bulan Juni, volume transaksi investor saham syariah juga sudah mencapai juga sudah mencapai 7,3 miliar saham dengan frekuensi mencapai 972 ribu kali.
“Nah, kalau kita transaksi volume dan frekuensi itu compare to total, maka angkanya lebih keren lagi,” ujar Irwan.

Irwan juga menjelaskan saat ini sebenarnya market saham syariah sudah mendominasi pasar saham. Dari total 956 emiten saham yang sudah tercatat di BEI, 657 di antaranya merupakan saham syariah.
“Kalau ada seorang investor saham di pasar modal Indonesia membeli saham tanpa dia tahu sahamnya syariah atau tidak, maka peluang untuk membeli saham syariah itu ada di 69 persen,” kata Irwan.
Saham syariah juga mendominasi 62 persen dari total kapitalisasi pasar dengan nilai Rp 8.158 triliun dari total kapitalisasi pasar sebesar Rp 13.172 triliun. Selain itu saham syariah turut mendominasi 60 persen volume rata-rata harian transaksi, 57 persen nilai rata-rata harian dan 74 persen frekuensi rata-rata harian transaksi di BEI.
Pangsa pasar saham syariah juga telah merata di berbagai sektor ekonomi. Di urutan pertama terdapat sektor barang konsumen non-primer dengan persentase pangsa 17 persen, barang konsumen primer 14 persen, barang baku 14 persen, energi 12 persen, dan properti sebesar 11 persen.
Irwan juga mengungkap capaian Indonesia Sharia Stock Index yang mempertahankan posisinya di urutan keempat dalam indeks saham syariah global. Performa ISSI secara YoY pada Juni 2025 juga sudah mencapai 8,40 persen. Sementara jika dihitung sejak peluncuran ISSI pada 2011 sampai Juni 2025, performanya sudah meningkat 81 persen
“Dan kita masih mengalahkan syariah indeksnya Malaysia. Jadi, setelah Dow Jones Islamic, FTSE Sharia, kemudian Fudsi Syariah, kemudian MSCI Islamic, baru keempatnya kita. Malaysia dan S&P OIC ada di bawah kita,” ujarnya.