Jakarta (ANTARA) - Pernah merasa seolah-olah dunia runtuh dan semua terasa terlalu berat untuk dijalani? Bisa jadi itu tanda dari mental breakdown. Meski istilah ini bukan diagnosis medis resmi, mental breakdown sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa kewalahan secara emosional hingga tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Kondisi ini biasanya muncul akibat tekanan yang terus-menerus, seperti stres berat, kehilangan orang terdekat, masalah pekerjaan, hingga beban hidup yang terasa tak berujung. Jika tidak ditangani dengan tepat, mental breakdown bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh.
Baca juga: 8 cara bijak hadapi toxic parents untuk kesehatan mental lebih baik
Tanda-tanda mental breakdown
Mental breakdown bisa menampakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai dari gejala emosional hingga fisik. Berikut beberapa ciri umum yang perlu diwaspadai:
• Mood mudah berubah: cepat marah, sedih berkepanjangan, gelisah, atau merasa putus asa.
• Sulit fokus dan merasa lelah: bahkan ketika tidak banyak aktivitas yang dilakukan.
• Gangguan pola tidur dan makan: seperti insomnia, tidur berlebihan, kehilangan nafsu makan, atau justru makan berlebihan.
• Keluhan fisik: sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, atau kram perut tanpa penyebab jelas.
• Menarik diri dari lingkungan sosial: enggan bertemu orang lain, menolak komunikasi, atau mengisolasi diri.
• Gejala serius lainnya: muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri, serangan panik, halusinasi, atau merasa paranoia.
Baca juga: 10 tips jaga kesehatan mental agar hidup tetap bahagia
Apa saja penyebabnya?
Mental breakdown tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang bisa memicunya, seperti:
• Tekanan pekerjaan: beban kerja berlebihan, konflik di kantor, atau rasa jenuh yang menumpuk.
• Masalah pribadi: kehilangan orang tersayang, perceraian, atau masalah finansial.
• Kurangnya dukungan sosial: merasa sendirian, tidak punya tempat berbagi, atau mengalami diskriminasi.
• Gangguan mental yang belum terdiagnosis: seperti depresi, gangguan kecemasan, atau PTSD.
• Faktor biologis: seperti ketidakseimbangan hormon atau kondisi neurologis tertentu.
Baca juga: Ini potensi masalah mental yang diderita ASN DKI
Langkah-langkah mengatasi mental breakdown
1. Konsultasi dengan profesional
Bertemu dengan psikolog atau psikiater adalah langkah awal yang bijak. Terapi kognitif perilaku (CBT) dapat membantu memahami pola pikir negatif dan mengembangkan cara menghadapi stres secara sehat.
2. Obat jika diperlukan
Dalam kasus tertentu, psikiater mungkin akan meresepkan obat penenang, antidepresan, atau mood stabilizer. Penggunaan obat harus berada di bawah pengawasan tenaga medis.
3. Gaya hidup sehat
Mengubah pola hidup bisa memberikan dampak besar, seperti:
• Tidur cukup dan berkualitas
• Makan makanan bergizi dan seimbang
• Rutin berolahraga, seperti jalan kaki, yoga, atau peregangan ringan
• Menghindari alkohol dan rokok
• Mencoba teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam
• Menulis jurnal harian untuk meluapkan emosi
• Berbicara dengan orang terdekat atau bergabung dalam komunitas pendukung
Dengan demikian, mental breakdown bukanlah diagnosis medis resmi, tetapi tanda seseorang mengalami tekanan mental dan emosional serius yang mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Gejalanya melibatkan aspek psikologis, fisik, dan sosial.
Penanganan memerlukan kombinasi psikoterapi, dukungan medis profesional, dan perubahan gaya hidup yang sehat. Jika gejala berlanjut atau memburuk, langkah terbaik adalah segera berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Baca juga: Cerita Baskara Putra alami mental "breakdown" di awal 2019
Baca juga: Meditasi 5 menit: Cara cepat kurangi stres dan tingkatkan fokus
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.