
BUKU bertajuk Selangkah di Belakang Mbak Tutut yang menghadirkan kisah inspiratif perjalanan hidup Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana atau yang akrab dikenal dengan Mbak Tutut, resmi diluncurkan.
Buku ini mengupas sosok perempuan Indonesia yang lama dikenal publik sejak era 1980-an sebagai putri sulung Presiden Soeharto dan memiliki rekam jejak luar biasa dalam bidang sosial, pembangunan, dan kepemimpinan organisasi internasional.
Disusun melalui kontribusi pemikiran dari para tokoh nasional, rekan kerja, sahabat, dan keluarga, buku ini merupakan sebutir pasir pengabdian yang merekam keteladanan seorang perempuan dalam lanskap sejarah Indonesia.
Ia bukan hanya merepresentasikan suara masa lalu, tetapi juga menjadi rujukan moral dan inspirasi bagi generasi muda. “Buku ini dapat menjadi teman dalam melihat berbagai dinamika kemajuan dan persoalan saat ini,” ungkap akademisi dan pakar komunikasi politik Effendi Gazali dalam peluncuran buku, di Jakarta, Jumat (15/8).
Buku ini menyajikan potret multidimensi Mbak Tutut sebagai tokoh perempuan dalam dunia bisnis, sebagai inisiator berbagai program sosial, pelestari seni dan budaya bangsa, hingga pewaris nilai-nilai luhur keluarga Cendana yang tetap bersahaja dan tangguh.
Di dalamnya menampilkan kisah dari balik layar berbagai kiprah strategis Mbak Tutut. Di antaranya, keberhasilannya memimpin pembangunan jalan layang tol pertama di Indonesia dengan teknologi Sosrobahu, hingga memenangkan tender internasional untuk membangun Metro Manila Skyway di Filipina atas permintaan Presiden Fidel Ramos dan membangun jalan tol Ayer Hitam-Yong Peng Timur di Malaysia.
Dalam proyek-proyek itu, ia tidak mengandalkan nama besar ayahnya, melainkan berjuang sendiri mendapatkan pendanaan internasional.
"Ini bentuk keteguhan Mbak Tutut dalam menjaga etika keluarga sekaligus melayani masyarakat dan sebagai teladan di tengah persoalan zaman ini," kata Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawan.
Selain di bidang infrastruktur, Mbak Tutut dikenal sebagai aktivis sosial yang turun langsung ke lokasi bencana, serta pemimpin Persatuan Donor Darah Indonesia dan Palang Merah Indonesia.
Kepemimpinannya juga diakui secara global melalui perannya sebagai Presiden FIODS selama tiga periode. Mbak Tutut juga aktif dalam organisasi Kirab Remaja sebagai wujud cinta Tanah Air.
Organisasi ini menjadi sebuah embrio rakyat bertaraf internasional untuk menggali potensi, menampilkan eksistensi, dan mencetak generasi muda terlatih yang menjunjung tinggi serta mengenalkan nilai-nilai Pancasila, terutama mengenai kedisiplinan, nilai kemanusiaan dan persatuan Indonesia.
“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi sebuah ajakan kembali pada nilai yakni ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang Mbak Tutut sampaikan,” ujar Tria S P Ismail Saleh sebagai penanggung jawab buku.
Ia berharap peluncuran buku ini dapat menjadi jembatan nilai antara generasi yang membangun dan generasi berkelanjutan melalui perjalanan Mbak Tutut yang menyusuri lorong pengabdian senyap serta penuh dengan dedikasi.
"Dalam keterbatasan ruang publik yang sering kali diwarnai distorsi, Selangkah di Belakang Mbak Tutut hadir sebagai narasi alternatif, penuh kejujuran, reflektif, dan memberi ruang untuk pembelajaran lintas waktu," pungkasnya. (H-2)