Liputan6.com, Jakarta - Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Hafiza Fikri Fadel, Sp.D.V.E, Finsdv, PGC mengingatkan bahwa kulit wajah terasa ketarik setelah cuci muka dengan facial wash bukan tanda wajah bersih kamu bersih. Sebaliknya, ini adalah alarm atau penanda adanya sesuatu yang salah.
"Itu adalah signal dari kulit bahwa something wrong. Nah, biasanya penyebab yang paling sederhana itu adalah tidak cocok dengan facial wash-nya. Bisa jadi, misalnya, terlalu keras bahan aktifnya, formulanya terlalu keras, biasanya yang mengandung SLS (Sodium Lauryl Sulfate)," kata Hafiza dalam Launch of Wardah Aloe Cica Hydramild Face Wash di Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2025.
Sabun pencuci muka dengan formula terlalu keras seperti ini, lanjut Hafiza, dapat merusak skin barrier atau lapisan kulit,"Skin barrier kulit itu adalah lapisan luar dari kulit kita yang berfungsi menjaga kulit, ibaratnya perlindungan utama, lah."
Hafiza mengumpamakan kulit wajah dengan batu bata dan semen. Batu bata merepresentasikan sel-sel kulit dan semen sebagai lipid atau lemak yang menyambungkannya, sebagai lem biologis.
"Nah, bayangkan kalau kita cuci wajah dengan facial wash yang keras itu kayak memberikan air keras ke batu bata sama si semen itu. Akibatnya tentu dia jadi keropos, ibaratnya di kulit jadi lebih cepat kering, mudah merah dan mungkin malah gampang terkelupas kulitnya, ini jadi signal bahwa facial wash-nya terlalu kencang," tambah Hafiza.
Sejak 3 tahun belakangan pasar kosmetik di Indonesia ternyata naik Rp31,7 triliun. Jadi ndak heran kalau banyak yang berlomba-lomba ikut pangsa ini, meskipun ada yang hanya modal campur mencampur kandungan tanpa peduli risiko kesehatan.
Bagaimana Solusinya?
Guna menghindari masalah kulit akibat sabun cuci muka yang terlalu keras, maka perlu mencari pencuci muka yang sesuai dengan kebutuhan kulit.
"Karena kita harus menjaga skin barrier, mau kulit berminyak atau tipe sensitif, kita tetap harus menjaga skin barrier dari kulit itu sendiri. Jadi tidak hanya membersihkan, tapi juga harus menjaga kulit normal yang memang sudah ada," katanya.
Caranya, gunakan pencuci muka yang sesuai dengan kebutuhan kulit, dengan pH yang sesuai dengan kebutuhan kulit, dan mendukung untuk menghidrasi dan menenangkan kulit (calming).
Menjaga pH dan Acid Mantle Kulit Wajah
Hafiza, menambahkan, menjaga pH atau tingkat keasaman di lapisan kulit terluar menjadi hal penting.
"Kalau kita bicara soal skin barrier, pH itu sangat penting, dia pondasi, skin barrier itu selain dari lapisan kulit itu sendiri, ternyata di luar lapisan kulit ada terbentuk yang namanya acid mantle," katanya.
Acid mantle adalah lapisan tipis yang terbentuk secara natural akibat dari produksi minyak dan keringat dari kulit. Lapisan ini terbentuk di atas permukaan kulit menjadi pelindung tambahan untuk kulit.
"Ternyata pH alami kulit itu di 4,5 sampai 5,5 lho, ini lingkungan yang paling ideal untuk flora normal kulit. Perlu diketahui memang ada mikroorganisme yang normal yang hidup di kulit kita dan itu harus dijaga, kenapa? Karena dialah yang menjaga juga dari mikroorganisme patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit misalnya jerawat atau jamur," tambahnya.
"Jadi ibaratnya kita harus menjaga lingkungan acid mantle ini dan seluruh skin barrier di bawahnya untuk selalu ada di dalam pH tersebut," kata Hafiza.
Jika tidak, maka enzim-enzim pro inflamasi (penyebab peradangan) bisa jadi lebih aktif. Sehingga kulit jadi lebih gampang merah, gatal, iritasi, dan terasa kencang.