Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat S&P Global Ratings (S&P) memperkirakan pertumbuhan ekonomi atau PDB riil Indonesia tak akan mencapai level 5% sampai 2028. Penyebabnya kontributor utama PDB yaitu konsumsi rumah tangga terus tertekan.
Dalam riset terbaru S&P Global Ratings pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,8% pada 2025-2026, dan sedikit naik ke level 4,9% pada 2027-2029. Meninggalkan level 5% yang telah terealisasi pada 2024.
"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB riil Indonesia sedikit di bawah 5% tahun ini karena permintaan domestik menunjukkan tanda-tanda melemah di awal tahun," dikutip dari Research Update S&P Global Ratings, Rabu (30/7/2025).
Salah satu alasan perlambatan juga mereka perkirakan dipicu oleh pemangkasan belanja infrastruktur oleh pemerintah. Diperburuk dengan prospek permintaan eksternal yang telah melemah sejak pengumuman tarif AS pada awal April.
"Namun, kami memperkirakan kesepakatan perdagangan antara kedua negara awal bulan ini akan sedikit mengurangi dampak tarif AS terhadap Indonesia. Hal ini dapat memberikan kepastian bagi bisnis dan investasi," tulis S&P dalam laporannya.
Kendati begitu, S&P Global Ratings meyakini konsumsi masyarakat Indonesia akan terus menjadi bantalan terhadap tekanan ekonomi karena sumbangan dari bonus demografi.
"Program-program sosial utama yang dilaksanakan pemerintah, termasuk program makanan bergizi gratis dan tiga juta rumah, diperkirakan akan mulai memperbaiki kondisi ekonomi," sebut S&P.
Selain itu, keberadaan Danantara menurut mereka juga akan menjadi katalisator untuk mendorong investasi ke depan, termasuk untuk mengkompensasi lemahnya belanja infrastruktur pemerintah saat ini.
Dalam laporan itu, S&P juga memberikan catatan khusus terhadap pendapatan rata-rata di Indonesia yang masih lebih rendah daripada kebanyakan negara berperingkat investasi lainnya.
"Kami memperkirakan PDB per kapita tahun ini sebesar US$5.000, naik dari US$4.900 pada tahun 2024. Ini sudah termasuk perkiraan kami tentang sedikit depresiasi rupiah tahun ini," tulis S&P.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Alarm Bahaya Menyala! Ekonomi RI Tumbuh di Bawah Ekspektasi