
Musisi jazz Indonesia, Indra Lesmana, mengkritik beberapa festival jazz di Indonesia yang menurutnya telah kehilangan jiwa. Beberapa waktu terakhir, festival jazz memang mulai dimeriahkan oleh deretan musisi dan penyanyi pop populer.
Lewat Insta Story, musisi 59 tahun itu menyebut semakin sedikit musisi jazz murni yang tampil dalam festival musik jazz.
"Semakin sedikit musisi jazz tampil di festival jazz. Tanpa jazz, festival jazz kehilangan jiwanya," tulis Indra.
Indra menyebut musik jazz belum mati di Indonesia, melainkan tengah berevolusi. Di mata Indra, ada banyak musisi muda yang membawa ide baru dalam perkembangan jazz Tanah Air.
“Ada banyak seniman muda yang membawa napas baru ke dalam jazz. Saat ini justru sedang banyaknya talenta jazz hebat—independen, kreatif, dan penuh visi. Dukung mereka. Beri panggung,” tulis Indra.

Putra dari musisi legendaris Jack Lesmana itu menyoroti bahwa festival jazz harus terasa lebih-jazz, agar ekosistem terus terawat.
"Kita tidak butuh lebih banyak festival yang hanya mengejar angka. Kita butuh festival yang berani, festival yang memberi ruang bagi seniman untuk bernapas, dan kesempatan bagi penonton untuk merasakan sesuatu mendalam,” tulisnya.

Indra berharap para promotor festival musik jazz benar-benar bekerja untuk masa depan jazz di Indonesia.
“Kepada semua promotor yang membaca ini: kalian punya kekuatan untuk membentuk masa depan jazz. Gunakan dengan baik. Biarkan lineup kalian berbicara bukan hanya kepada pasar, tetapi juga kepada jiwa," tutup Indra.
Tanggapan Anas Alimi
Anas Alimi, founder Prambanan Jazz, tampaknya merasa gerah melihat komentar banyak pihak yang mengkritisi musisi yang tampil di gelaran festival jazz.
Anas lalu mengambil contoh, bahwa di North Sea Jazz, Herbie Hancock berbagi panggung dengan John Legend. Di Montreux Jazz Festival, Prince dan Radiohead berbagi roh dengan Ella Fitzgerald. Di Umbria Jazz Festival, Sting satu frame dengan Wayne Shorter.
"Itu bukan kekeliruan. Itu keberanian merayakan kompleksitas," tulis Anas.

Anas memastikan pihaknya tetap menghormati jazz. Namun ada hal-hal teknis dan tenaga lain yang harus dipikirkan.
"Kami juga menghormat pada listrik yang menyala, pada nasi kotak crew, pada soundman yang belum tidur 32 jam, dan pada kalian yang datang dari luar kota dengan harapan menemukan sedikit kebahagiaan," tulis Anas.
Anas pun meminta maaf apabila gelaran jazz yang dia kelola tidak seperti yang diharapkan para kritikus musik jazz.
"Karena itu, sekali lagi: Maafkan kami yang selalu bersalah setiap Juli. Tapi izinkan kami terus bertahan, agar tahun depan kita bisa bersalah bersama-sama," tutup Anas.