Liputan6.com, Jakarta - Fenomena gerhana matahari selalu berhasil menarik perhatian banyak orang. Selain karena keindahan visualnya yang langka, banyak yang antusias mencari cara aman untuk menyaksikannya secara langsung.
Gerhana matahari terjadi saat bulan melintas di antara bumi dan matahari, menutupi cahaya matahari secara sebagian atau total. Saat itulah, siang hari mendadak gelap untuk beberapa menit.
Meski tampak menakjubkan, fenomena ini menyimpan risiko yang kerap diabaikan, yaitu kerusakan mata akibat melihat langsung tanpa pelindung.
Melihat gerhana matahari dengan mata telanjang, meski hanya sebentar, bisa menyebabkan kerusakan permanen pada retina. Paparan cahaya matahari yang sangat terang dapat merusak mata dalam waktu singkat.
Dikutip dari NASA, cara aman melihat gerhana matahari cincin dan gerhana matahari total berbeda. Pada gerhana matahari cincin atau sebagian, bulan tidak sepenuhnya menutupi cahaya matahari. Artinya, risiko kerusakan mata tetap tinggi.
Menggunakan kacamata hitam biasa tidak cukup. Kamu perlu memakai kacamata khusus gerhana yang memenuhi standar internasional ISO 12312-2. Ini penting untuk memastikan perlindungan maksimal terhadap mata.
Alternatif Aman Menyaksikan Gerhana
Tak hanya itu, melihat gerhana lewat kamera, teleskop, atau teropong, meski sudah memakai kacamata gerhana, tetap berbahaya. Alat-alat ini bisa memfokuskan cahaya dan menembus filter, sehingga tetap berisiko merusak retina.
Jika tak punya kacamata khusus gerhana, kamu bisa menggunakan metode tidak langsung, seperti proyektor lubang jarum. Proyektor ini dapat dibuat dari kotak karton, kertas putih, selotip, gunting, dan aluminium foil.
Selama gerhana sebagian berlangsung, alat ini memantulkan bayangan matahari berbentuk sabit ke kertas putih di dalam kotak. Kamu bisa melihat pantulan tersebut dengan mengintip melalui lubang kecil lainnya di kotak.
Cara Aman Melihat Gerhana Matahari Total
Berbeda dengan gerhana sebagian, gerhana matahari total bisa disaksikan langsung dengan mata telanjang. Namun, hanya dalam fase tertentu.
Ketika bulan benar-benar menutupi seluruh cahaya matahari, fase yang disebut totalitas, barulah aman untuk melihat tanpa pelindung.
Namun, fase totalitas ini hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 1 hingga 3 menit, tergantung lokasi pengamat.
Setelah cahaya matahari mulai muncul kembali, kamu harus segera menggunakan kembali kacamata gerhana atau alat pelindung lainnya.
Risiko Tetap Ada Meski Sekilas
Mengutip CBS News, Spesialis Mata dan Retina, Dr. Yehia Hashad menegaskan bahwa tidak ada ambang batas aman terhadap paparan sinar ultraviolet (UV) dan radiasi inframerah dari matahari. Bahkan paparan sedikit saja dapat membahayakan mata.
"Itulah sebabnya kami mengatakan gerhana sebagian juga dapat membahayakan. Dan itulah sebabnya kami melindungi mata kami baik pada saat sinar matahari sebagian maupun penuh," ujar Hashad.
Banyak yang meyakini bahwa saat totalitas berlangsung, melihatnya tanpa pelindung sepenuhnya aman. Namun, para ahli mengingatkan bahwa risiko tetap ada jika waktu pengamatan tidak tepat.
Jurnal medis JAMA bahkan menyebutkan bahwa fase totalitas sangat singkat, dan sinar matahari bisa muncul kembali secara tiba-tiba.
Menatap matahari terlalu lama selama gerhana, menurut jurnal tersebut, bisa merusak penglihatan secara sementara atau permanen.
"Bahkan, beberapa detik melihat matahari selama gerhana dapat merusak penglihatan kamu," tulis panduan tersebut.