
Demi menjaga kehormatan keluarga, tradisi perjodohan telah menjadi warisan turun-temurun, terutama di kalangan keluarga yang memiliki garis keturunan (nasab) dan kedudukan terpandang. Tapi bolehkah kita menolak perjodohan itu? Apalagi jika perjodohan tersebut dilakukan oleh orang tua kita?
Suatu hari Rasulullah SAW pernah didatangi oleh seorang wanita yang menceritakan apa yang telah ia alami.
"Ya Rasulullah, bapak dan ibu saya menikahkan saya tanpa kesepakatan saya," ucap wanita itu.
Rasulullah lalu menjawab, "Aku akan memberikan keadilan untukmu. Kau berhak menolak karena kau yang menjalaninya dan sampaikan kepada orang tuamu untuk tidak boleh memaksa seperti itu."
Wanita itu kembali berkata, "Ya Rasulullah, demi Allah SWT, saat ini aku telah menerima apa yang dipilihkan oleh orang tuaku. Aku hanya menyampaikan kepadamu, ya Rasul, untuk masa depan wanita-wanita lain."
Dalam kisah yang disampaikan oleh Buya Yahya dalam tafsir Al-quran, 27 April 2019 lalu itu, Rasulullah lantas menjawab dalam beberapa kasus, misalnya dijodohkan dengan penjudi, pemabuk, atau pria yang jarang beribadah, seorang perempuan bahkan wajib menolak perjodohan tersebut.
"Jika engkau dijodohkan orang tua kepada orang yang penuh materi dan tinggi derajatnya tetapi kurang dari segi agama dan pola pikir, misalnya ia orang fasik, maka wajib menolak. Bukan boleh atau tidak boleh, tapi ini urusan engkau yang menjalaninya, jadi harus ditolak. Hal ini juga akan menyelamatkan orang tuamu jika berani mengambil keputusan yang tepat."Jika seorang anak menolak dijodohkan, apakah ia termasuk durhaka?
Dalam kitab Mathalibu Ulin Nuha fi Syahril Ghayatil Muntaha oleh Syekh Musthafa ar-Rahibani dijelaskan:
وَلَيْسَ لِوَالِدَيْهِ إلْزَامُهُ بِنِكَاحِ مَنْ لَا يُرِيدُ نِكَاحَهَا لِعَدَمِ حُصُولِ الْغَرَضِ بِهَا، فَلَا يَكُونُ عَاقًّا بِمُخَالَفَتِهِمَا ذَلِكَ
Meskipun dalam pernyataan di atas ditegaskan bahwa seorang anak boleh menolak perjodohan yang disebabkan oleh paksaan orang tua atau alasan lainnya, namun bukan berarti kita bisa semena-mena. Kita tidak boleh meremahkan pilihan orang tua karena sejatinya tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya hidup sengsara.
Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi perjodohan yang diatur oleh orang tua?
Jalin komunikasi yang baik dengan orang tua
Ketika seorang anak membiasakan dan memiliki komunikasi yang baik dengan orang tuanya, biasanya ia akan lebih didengar pendapatnya. Jika seandainya anak kurang setuju dengan pilihan orang tua, maka ia akan lebih nyaman.
Beri alasan yang jelas
Dalam perjodohan yang diatur orang tua, setelah kita mengetahui bibit-bobot-bebet calon pasangan tetapi merasa kurang nyaman dengan akhlaknya, misalnya, maka kita harus segera menjelaskannya ke orang tua. Namun alasan yang diberikan harus jelas. Sehingga orang tua juga bisa ikut mempertimbangkan ulang perjodohan tersebut.
Minta petunjuk Allah SWT dengan istikharah
Jalan terakhir jika orang tua tetap menolak pendapat anak, maka yang bisa dilakukan adalah meminta petunjuk dari Allah SWT dengan cara istikharah, menyerahkan semua kepada-Nya untuk mengetahui apakah pilihan orang tua benar-benar pantas atau tidak.
Dengan demikian, dalam konteks perjodohan, kita sebagai anak sudah semestinya patuh terhadap orang tua, dengan catatan orang tua menawarkan jodoh yang baik dan taat beragama. Orang tua juga tidak boleh memaksakan hak anaknya atas memilih pasangan hidupnya, mereka cukup memberi nasihat serta mengarahkan saja.