Lampung Geh, Bandar Lampung — Sebanyak 365 titik panas terpantau di Provinsi Lampung sepanjang Januari hingga Juli 2025, dengan sebaran terbanyak di Kabupaten Way Kanan, Lampung Timur, dan Lampung Tengah.
Titik-titik panas tersebut didominasi oleh aktivitas pembukaan lahan dan panen komoditas perkebunan seperti tebu dan jagung.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah mengungkapkan, data tersebut berdasarkan pantauan Sistem Informasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Sipongi) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Berdasarkan data Sipongi, sejak Januari sampai Juli 2025 terpantau 365 titik panas di Lampung. Titik terbanyak ada di Way Kanan sebanyak 112 titik, Lampung Timur 76 titik, dan Lampung Tengah 51 titik,” ujar Yanyan saat diwawancarai pada Rabu (23/7).
Sebaran 126 titik panas lainnya tercatat di sejumlah kabupaten lain seperti Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Pesawaran, Tanggamus, dan Pesisir Barat.
Menurut Yanyan, pemicu utama munculnya titik panas tersebut adalah pembukaan lahan dengan cara dibakar, baik untuk kegiatan pertanian maupun panen komoditas perkebunan.
Selain itu, pembukaan ladang oleh masyarakat turut menjadi penyumbang titik panas.
Meski angka titik panas tahun ini masih tergolong tinggi, Yanyan menyebutkan, jumlah tersebut mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Pada 2024, tercatat 454 titik panas. Penurunan tahun ini salah satunya disebabkan oleh musim kemarau yang cenderung lebih basah, di mana sebagian wilayah Lampung hingga saat ini masih mengalami hujan,” jelasnya.
Namun demikian, langkah mitigasi dan antisipasi terus dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya menjelang puncak musim kemarau.
Pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi pemerintah lainnya dan swasta melalui patroli rutin dan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat.
Yanyan juga menyoroti kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur, yang masih menjadi wilayah paling rentan terhadap karhutla.
Berdasarkan data Kementerian KLHK, luas karhutla di Lampung pada 2024 tercatat mencapai 13.242 hektare.
“Sebagian besar karhutla terjadi di belukar, padang ilalang, dan lahan terbuka. Kabupaten Lampung Timur menjadi wilayah dengan kebakaran terluas, yaitu 8.019,67 hektare,” ungkap Yanyan.
Adapun daerah lain yang juga mengalami karhutla antara lain Way Kanan, Tulang Bawang, Mesuji, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Tulang Bawang Barat.
Yanyan menyebutkan, luas kebakaran hutan dan lahan di Lampung sepanjang Januari–Juni 2025 tercatat menurun drastis menjadi 123,7 hektare.
“Namun, data spesifik mengenai kabupaten yang terdampak kebakaran tahun ini masih dalam proses pengumpulan dan verifikasi,” pungkasnya. (Cha/Ansa)