Dokumen Kesepakatan Akhir Perang Gaza yang Komprehensif Ungkap Langkah Strategis 72 Jam ke Depan

Ilustrasi(AFP/OMMAR ALQATTA)

PERJANJIAN yang ditandatangani di Mesir oleh Israel, Hamas dan para mediator internasional dengan nama Akhir Perang Gaza yang Komprehensif memuat detail rencana pelaksanaan dalam tiga hari pertama. Dokumen ini diperoleh kantor berita Anadolu, Jumat (10/10).

Pemerintah Israel menyatakan telah mengesahkan perjanjian penghentian perang dan pertukaran tahanan dengan kelompok-kelompok Palestina. Pengumuman disampaikan Jumat (10/10) pagi oleh Kantor Perdana Menteri Israel, menyusul pernyataan persetujuan dari pimpinan Hamas Khalil al-Hayya pada Kamis (9/10).

Media Israel melaporkan bahwa hampir seluruh menteri mendukung perjanjian ini. Hanya lima yang menolak, antara lain Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.

Gencatan senjata mulai berlaku segera setelah ratifikasi Israel, dan mencakup penghentian seluruh operasi militer.

Penyaluran Bantuan dan Penarikan Pasukan

Dokumen tersebut menyebutkan bahwa bantuan kemanusiaan akan segera masuk dalam jumlah penuh sesuai kesepakatan sebelumnya, termasuk mengacu pada perjanjian 19 Januari 2025 mengenai distribusi bantuan.

Selain itu, militer Israel diwajibkan mundur ke Garis Kuning dalam waktu 24 jam. Garis ini merujuk pada wilayah penarikan awal yang ditandai dalam peta yang dipresentasikan Presiden AS Donald Trump pada 4 Oktober. Selama Hamas mematuhi kesepakatan, pasukan Israel tidak akan kembali ke zona yang ditinggalkan.

Skema Pertukaran Sandera dan Tahanan

Dalam waktu 72 jam setelah penarikan pasukan, semua sandera Israel di Gaza akan dibebaskan.

Hamas berkewajiban menyerahkan seluruh informasi terkait korban Israel kepada mekanisme bersama yang dibentuk negara mediator, yakni Qatar, Mesir, Turki dan Komite Palang Merah Internasional.

Sebagai timbal balik, Israel akan membebaskan tahanan Palestina melalui mekanisme serupa, tanpa liputan publik atau seremoni. Menurut sumber Hamas, jumlahnya mencapai 2.000 orang, mayoritas perempuan dan remaja.

Israel memperkirakan masih ada 48 warganya yang ditahan di Gaza, 20 di antaranya hidup. Di sisi lain, lebih dari 11.100 warga Palestina berada di penjara Israel menurut laporan media dan lembaga hak asasi manusia.

Pembentukan Gugus Tugas

Perjanjian juga mencakup pembentukan satuan tugas khusus yang beranggotakan AS, Qatar, Mesir, Turki dan beberapa negara lain. Gugus tugas ini akan memantau pelaksanaan kesepakatan dan melakukan koordinasi dengan kedua belah pihak.

Tahap Pertama Gencatan Senjata

Pada Kamis (9/10) pagi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tercapainya fase pertama kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Perundingan berlangsung selama empat hari di Sharm el-Sheikh, Mesir, secara tidak langsung antara kedua pihak, dengan kehadiran delegasi Turki, Mesir dan Qatar serta pengawasan AS.

Sejak agresi Israel pada Oktober 2023, serangan militer telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina di Jalur Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta membuat wilayah itu nyaris tak layak huni. (H-2)