
Plh Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional Universitas Indonesia (UI), Emir Chairullah, menjelaskan perubahan besar dalam skema seleksi Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB) tahun 2025.
Salah satu alasannya adalah pengurangan bobot status ‘sekolah favorit’.
“Jika sebelumnya faktor penghitung PPKB itu faktor sekolah, jadi misal sekolah favorit, misalnya SMA 8 banyak yang pernah masuk sini, IPK-nya bagus-bagus, itu biasanya dinilai tinggi. Jadi masuk ke konteks favorit,” jelas Emir.
Namun, Emir menekankan, status sekolah favorit kini tak lagi menentukan karena dinilai menutup akses siswa berprestasi dari berbagai daerah lainnya.
Sejauh ini, ada dua sekolah unggulan yang sudah menyatakan tak ada siswanya yang diterima UI via PPKB. Yakni SMAN 28 dan SMAN 70 Jakarta.
“Tapi tahun ini sudah tidak ada status favorit lagi, itu semacam dihilangkan. Kenapa dihilangkan? Karena tidak fair juga, SMA 8, 28, SMA 68, SMA 70, SMA 3 Bandung juga,” ujar Emir.
“Jadi nanti berkutat di situ-situ saja. Sementara siswa yang berprestasi itu tidak di SMA itu itu saja, apalagi itu pemerataan wilayah,” lanjutnya.
Pemerataan Wilayah Jadi Prioritas
UI menyatakan, perubahan ini dilakukan demi pemerataan akses pendidikan. Emir mencontohkan kasus siswa berprestasi di daerah yang tidak memiliki SMA unggulan.
“Misalnya saya, sangat cerdas kemudian di dekat saya tidak ada SMA favorit, jadi saya memilih ke SMA negeri yang dekat rumah saya. Masa saya nggak punya hak untuk kesempatannya dipersulit untuk masuk jalur PPKB,” jelasnya.
Dengan begitu, kata Emir, UI mencoba menghapus ketimpangan akses agar seluruh siswa Indonesia memiliki peluang yang setara untuk diterima melalui jalur undangan ini.
“Bukan dihapus tapi mulai direduksi nilainya, nggak jadi salah satu faktor penentu,” ungkap Emir.
Dampaknya, penerimaan mahasiswa lewat jalur PPKB tahun ini menyebar lebih luas ke daerah lain.
“Jadi karena itu juga mulainya dibuka kesempatan menghilangkan status favorit itu, ada yang diterima PPKB ada di 90 kabupaten/kota sekarang menjadi 143 kabupaten/kota,” jelasnya.
Ini Tarung Bebas, Bukan Lagi Milik Jakarta

Emir juga tak sepakat dengan pandangan bahwa siswa Jakarta lebih unggul dari luar daerah. Ia menolak anggapan itu dan menyebut sistem sebelumnya terlalu condong pada wilayah tertentu.
“Apakah demikian karena hidup di Jakarta lebih hebat dari daerah? Emang orang di luar Jakarta dipandang sebelah mata? Ini favorit kan karena selama ini sudah ada di sini. Bukan berarti yang favorit ini menjadi yang terbaik dari di daerah,” tegas Emir.
“Itu kan yang klaim favorit itu kan orang tuanya juga, ini kan nggak fair juga. Kalau mau bertahan dengan istilah favorit, ya haknya juga. Mungkin menganggap favorit tapi gak bisa,” lanjutnya.
Sebaran Penerimaan Tahun 2025
Sejauh ini, UI mencatat 581 sekolah dari 143 kabupaten/kota berhasil diterima jalur PPKB. Total pendaftar mencapai 15.462 orang, dengan jumlah siswa diterima sebanyak 1.602.
“Datanya belum kita rekap, sejauh ini yang keterima di PPKB, jumlah sekolahnya 581 dari 143 wilayah itu. Jumlah pendaftarnya 15.462, yang diterima 1.602,” ungkap Emir.
Sebagai perbandingan, tahun sebelumnya terdapat 12.810 pendaftar, 1.859 diterima, dari 445 sekolah di 90 kabupaten/kota.
“Dibandingkan sebelumnya jumlah 12.810, terus yang diterima 1.859, terus jumlah sekolah yang diterima 445 dengan sebaran 90,” tutupnya.