Liputan6.com, Jakarta - Di sebuah ruangan yang tenang, Aluna sedang mengobati luka memar di wajah Galaxy. Dengan penuh hati-hati, ia menempelkan es ke pipi Galaxy. Tapi karena iseng, Aluna mendorong es itu sedikit lebih kencang dari seharusnya. Galaxy meringis, dan Aluna buru-buru meniup lukanya pelan-pelan.
Galaxy malah tersenyum senang. "Kalau diperlakukan begini terus, ditonjok tiap hari juga nggak apa-apa," candanya. "Soalnya jadi diperhatiin terus sama kamu." Aluna hanya menatap geli, setengah gemas.
Sementara itu, di kamarnya, Felicia sedang berdiri di depan cermin. Ia mencoba dress cantik yang akan dikenakannya untuk hari pertunangannya nanti. Wajahnya berseri-seri. Hari itu adalah salah satu hari paling spesial dalam hidupnya.
Tiba-tiba HP Felicia berdering—Ezra menelpon. Felicia mengangkatnya sambil tersenyum. "Aku lagi siap-siap buat lamaran kita nanti," katanya antusias. Ezra membalas dengan nada serius namun bahagia, "Hari itu bakal jadi titik penting buat hubungan kita, Fel..."
Galaxy dan Aluna Bertemu Ibrahim
Di sebuah taman yang agak sepi, Galaxy dan Aluna bertemu dengan Ibrahim. Galaxy datang membawa koper berisi uang. Tanpa banyak bicara, ia menyerahkannya pada Ibrahim.
"Ini… bentuk permintaan maaf aku atas semua kesalahan Papa..."
Aluna terdiam, matanya membulat kaget. "Papa kamu… Arman?" Galaxy mengangguk. Aluna shock, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.
Namun, sebelum suasana sempat mencair, sekelompok preman muncul entah dari mana. Mereka menghampiri dan langsung merebut koper itu dari tangan Ibrahim. Ternyata, para preman itu adalah anak buah Arman.
Galaxy yang murka langsung mendatangi Arman. Tapi bukannya merasa bersalah, Arman malah marah balik.
"Kamu tega banget sama Papa sendiri! Semua ini cuma karena kamu cinta sama anaknya Ibrahim?!"
Galaxy hanya menatap Arman tajam—terluka tapi tegas.