Liputan6.com, Jakarta Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong bakal memperketat aturan terkait rokok elektronik atau vape. Bahkan PM Singapura menyebut vape setara dengan masalah narkoba yang memiliki sanksi berat.
Pakar kesehatan masyarakat dokter Dicky Budiman mengatakan langkah yang bakal diterapkan Singapura bukan sesuatu yang tiba-tiba. Negara tetangga Indonesia ini memang sudah ketat sejak lama terkait rokok elektronik apalagi Singapura menetapkan vape itu ilegal pada 2018.
"Mereka memandang rokok elektronik ini sama berbahayanya dengan produk tembakau bahkan bisa lebih itu karena risiko kesehatan," kata Dicky.
Belum lagi ada temuan yang menyebut bahwa cairan vape bisa mengandung nikotin yang tinggi dan bahan kimia beracun yang bisa berdampak pada jantung, paru dan kekembangan otak remaja. Plus efek jangka panjang vape belum terungkap seluruhnya tapi promosinya dibuat menarik dengan aneka rasa buah yang bisa menjerat anak muda.
"Sehingga ini yang cenderung lebih mudah menjerat ya anak muda. Dan negara maju seperti Singapura ini sangat protektif terhadap generasi mudanya," tutur Dicky.
Bukan Cuma di Atas Kertas, Aturan di Singapura Benar-Benar Ditegakkan
Dicky mengatakan bahwa ketika sebuah aturan dibuat, maka seluruh pihak di Singapura bakal melakukan.
"Singapura ini kan terkenal ya dengan aturan hukum yang tegas dan konsisten. Jadi bukan hanya diatas kertas tapi benar-benar ditegakkan termasuk larangan iklan penjualan atau kepemilikan dari bicara masalah vape ini," tuturnya.
Kebijakan yang mendukung kesehatan masyarakat ini sebenarnya bisa-bisa saja Indonesia tiru. Namun tantangan penegakan hukuman jadi kendala.
"Berbeda dengan Singapura yang begitu tegas dalam penerapan hukum. Kita Indonesia ini menghadapi tantangan besar dalam penegakan hukum apalagi dalam konteks ini vape dikatakan memberikan dampak ekonomi dan lain sebagainya," kata Dicky dalam pesan suara ke Health Liputan6.com.
Menurut Dicky, tantangan lain di Indonesia adalah soal literasi publik yang masih rendah dan terbatas mengenai vape.
"Banyak yang mengira vape ini lebih aman daripada rokok biasa. Padahal kan secara ilmiah tidak demikian," tuturnya.
Indonesia Perlu Perkuat Regulasi
Dicky pun menyarankan Indonesia untuk memperkuat regulasi penjualan dan pemasaran. Terutama pembatasan akses pada usia anak-anak.
"Isu ini tidak terbatas pada rokok elektronik saja tapi rokok tradisional juga. Lemah sekali. Ini harus ditegakkan," tegas Dicky.
Jika regulasi penjualan dan pemasaran tidak ditegakkan di Indonesia maka bisa generasi muda yang jadi korban.
"Kalau tidak, generasi muda ini akan jadi korban adiksi nikotin. Bukan hanya lewat rokok yang tradisional tapi juga vape," tutup Dicky.