Liputan6.com, Jakarta - Kita semua mengenal tanda stres yang umum, misalnya pikiran berlari-lari, sakit kepala, tubuh tegang, atau mudah marah. Namun, ada juga tanda-tanda lain yang lebih halus, seperti perut kembung, nyeri punggung, bahkan heartburn yang sebenarnya bisa menunjukkan tubuh sedang berada di bawah tekanan besar.
Menurut psikolog klinis dari Black Dog Institute di Universitas New South Wales, dr. Kayla Steele, hal ini terjadi karena hormon stres seperti adrenalin dan kortisol memengaruhi banyak sistem tubuh sekaligus.
“Kita punya reseptor kortisol di otak, usus, otot, kulit, hingga sistem kardiovaskular. Itulah sebabnya stres bisa berdampak luas, baik secara fisik maupun mental,” jelasnya.
Dilansir dari The Sydney Morning Herald, setiap orang juga memiliki cara berbeda dalam merespons stres, tergantung pada faktor genetik, kondisi kesehatan, dan pengalaman hidupnya.
“Misalnya, seseorang dengan riwayat cedera punggung mungkin pertama kali merasakan stres lewat meningkatnya ketegangan otot di area tersebut,” tambah Steele.
Ia menegaskan bahwa stres dalam jumlah kecil adalah hal wajar, namun ketika berlangsung lama dan intens, efeknya bisa berbahaya bagi tubuh maupun pikiran.
6 Tanda Kamu Diam-Diam Mengalami Stres Berlebih
1. Mudah Lupa dan Sulit Konsentrasi
Stres kronis dapat melemahkan area otak yang berperan penting dalam pembelajaran, memori, dan pengambilan keputusan.
“Hal ini membuat seseorang lebih sulit mengingat informasi, berpindah dari satu tugas ke tugas lain, atau membuat keputusan rasional,” kata Steele. Akibatnya, performa kerja maupun kemampuan berpikir bisa menurun tanpa disadari.
2. Mudah Terserang Flu dan Infeksi
Hormon stres dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat seseorang lebih rentan terhadap flu dan infeksi ringan lainnya.
"Dalam jangka panjang, stres berkepanjangan bisa memicu peradangan kronis tingkat rendah yang meningkatkan risiko penyakit seperti gangguan jantung, masalah pencernaan, asma, hingga mempercepat proses penuaan," kata Steele.
3. Nyeri di Punggung, Leher, Bahu, atau Rahang
Saat stres, tubuh otomatis masuk ke mode fight or flight yang menyebabkan otot menegang, terutama di area leher, bahu, punggung, dan rahang. Jika berlangsung lama, ketegangan ini bisa berubah menjadi nyeri otot, kekakuan, bahkan kejang.
“Stres juga bisa memengaruhi postur tubuh dan memperburuk rasa sakit di area yang sebelumnya sudah rentan,” jelas Steele.
4. Gangguan Pencernaan
Perut kembung, diare, atau sembelit bisa menjadi tanda stres yang sering diabaikan. Hal ini disebabkan oleh hubungan dua arah antara otak dan usus yang dikenal sebagai gut-brain axis. Saat stres meningkat, sistem pencernaan ikut terganggu yang memunculkan gejala seperti sakit perut, mual, atau perubahan pola buang air besar.
5. Pola Makan Tidak Teratur
Menurut psikolog klinis, Sarah Cox, dari Butterfly Foundation, stres dapat memengaruhi nafsu makan secara berbeda bagi tiap orang.
“Sebagian orang kehilangan selera makan, sementara yang lain justru makan berlebihan, terutama makanan manis dan tinggi energi,” ujarnya. Dalam jangka panjang, perubahan pola makan akibat stres bisa menjadi kebiasaan dan meningkatkan risiko gangguan makan.
6. Menggertakkan Gigi
Kebiasaan ini disebut bruxism dan sering terjadi tanpa disadari, baik saat terjaga maupun tidur.
“Stres bisa menjadi salah satu pemicunya, meski bukan satu-satunya,” kata dr. Monica Farrelly dari Australian Dental Association.
Menggertakkan gigi dapat menyebabkan sakit kepala, nyeri leher, bahkan kerusakan gigi. Dalam beberapa kasus, dokter gigi akan menyarankan penggunaan mouthguard khusus atau terapi tambahan dari psikolog atau fisioterapis.
Cara Mengenali Sinyal Stres pada Diri Sendiri
Setiap orang memiliki pemicu dan respons stres yang berbeda-beda. “Jika kita bisa mengenali tanda-tanda stres, pemicunya, serta bagaimana tubuh dan pikiran merespons, kita bisa meminimalkan dampaknya,” kata Steele.
Ia merekomendasikan empat langkah sederhana dari situs Black Dog Institute untuk membantu mengenali stres pribadi:
1. Peristiwa: Catat satu kejadian minggu ini yang terasa menekan.
2. Penilaian: Nilai tingkat stres dari 1–5.
3. Pikiran: Apa yang kamu pikirkan saat itu? Apakah berfokus pada hal negatif?
4. Perasaan: Di mana kamu merasakan stres itu, fisik atau emosional? Apakah memengaruhi tidur, konsentrasi, atau suasana hati?
Dengan latihan ini, kamu bisa lebih peka terhadap tanda-tanda stres, sebelum tubuhmu yang memberi peringatan keras.