Liputan6.com, Jakarta - Mimpi buruk merupakan hal normal, namun jika terjadi secara berkala, bisa jadi tanda ada masalah pada kesehatan. Menurut sebuah penelitian terbaru, penderita mimpi disebut menunjukkan penuaan biologis yang lebih cepat.
Dilansir dari TODAY, menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di Kongres Akademi Neurologi Eropa, orang dewasa yang dilaporkan mengalami mimpi buruk setiap minggu memiliki risiko mati muda tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan orang yang jarang atau tidak pernah mengalaminya.
Abidemi Otaiku, seorang ahli saraf di Imperial College London di Inggris, yang merupakan penulis utama penelitian menyebut, mimpi buruk mingguan merupakan prediktor kematian dini yang lebih kuat daripada merokok, obesitas, pola makan yang buruk, dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
Tidak ada definisi mimpi buruk yang disepakati secara universal. Namun, Otaiku mendefinisikan mimpi buruk sebagai mimpi yang menyedihkan atau mengganggu.
Lebih lanjut ia mengatakan, saat tidur otak tidak bisa membedakan mimpi dan kenyataan, sehingga mimpi buruk bisa memicu respons “lawan atau lari” dan lonjakan kortisol yang berkepanjangan. Lonjakan kortisol ini berkaitan dengan penuaan sel yang lebih cepat.
Mimpi Buruk dan Kesehatan
Mimpi buruk memberikan efek yang nyata pada tubuh, yaitu jantung berdebar kencang, napas cepat, dan tubuh berkeringat. Beberapa orang juga bisa bangun sambil menangis.
“Bagi mereka yang sering mengalami mimpi buruk, stres kumulatif ini dapat berdampak signifikan pada proses penuaan. Selain itu, mimpi buruk mengganggu kualitas dan durasi tidur, sehingga menghambat pemulihan dan perbaikan sel penting tubuh di malam hari,” jelas Otaiku.
Ia menambahkan, kombinasi racun tersebut berpotensi besar berkontribusi terhadap penuaan.
Menurut Asosiasi Psikologi Amerika, mimpi buruk bisa meningkatkan kecemasan dan menimbulkan dampak negatif bagi perasaan seseorang di siang hari. Bahkan, mimpi buruk juga dikaitkan dengan peningkatan risiko bunuh diri.
Sebuah studi baru yang terbit di jurnal peer-review juga menunjukkan hasil bahwa penuaan psikologis lebih cepat terjadi pada mereka yang mengalami mimpi buruk mingguan.
Penyebab Mimpi Buruk
Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional, mimpi buruk bisa dipicu oleh kejadian traumatis, stres, pengobatan, dan terlalu banyak mengonsumsi alkohol, serta penyakit dan depresi.
Mengonsumsi makanan tertentu seperti keju juga bisa berperan, terutama bagi seseorang yang memiliki intoleransi laktosa.
Ahli bedah otak dan ahli saraf, Rahul Jandial mengatakan, mimpi buruk dan mimpi erotis pada dasarnya universal, semua orang bisa mengalaminya. Mimpi buruk yang dialami anak-anak umumnya akan memudar seiring waktu, sedangkan bagi orang dewasa mimpi buruk tidak akan berpengaruh sama sekali.
“Namun, jika mereka sering muncul, terus-menerus, dan baru muncul, saya akan menganggapnya sebagai tanda vital – semacam rasa sakit yang tak kunjung hilang,” kata Jandial.
Menurutnya, bila terjadi secara terus menerus, pemeriksaan pada dokter diperlukan, karena itu bisa menjadi tanda peringatan fisik seperti penyakit Parkinson atau lupus.
Cara Mencegah Mimpi Buruk
Para ahli menyebut, mimpi buruk bisa dicegah dan diobati. Otaiku menyebut langkah-langkah mencegahnya, dengan cara:
Menghindari film menakutkanMenjaga kebersihan sebelum tidur atau menciptakan kebiasaan tidur yang sehatMengelola stresMencari pengobatan kecemasan dan depresi.
Otaiku menyebut, mengatasi mimpi buruk bisa bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. “Studi telah menunjukkan bahwa mengatasi mimpi buruk dapat meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan mental.”
Society of Behavioral Sleep Medicine mencatat, perawatan psikologis untuk mengatasi mimpi buruk dapat berupa terapi latihan imajinasi, di mana pasien diajarkan untuk menulis ulang mimpi buruk dan berlatih membayangkan versi baru di siang hari.
“Itu menarik karena mimpi buruk berasal dari imajinasi kita dan perawatannya juga memberi makan imajinasi kita dengan cara yang berbeda,” jelas Jandial.