
Menteri Pertanian memastikan pemerintah tengah mempercepat program hilirisasi komoditas perkebunan, khususnya kelapa dan kopi, untuk meningkatkan nilai tambah ekspor pertanian nasional.
Dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto, Menteri Pertanian menyebut hilirisasi menjadi fokus utama setelah target swasembada pangan hampir tercapai. Program ini juga mencakup komoditas lain seperti kakao, mente, dan lada.
“Kita hilirisasi khususnya kelapa dalam ini menarik, datanya bisa dilihat. Produksi tahun ini 33 juta ton, tahun lalu hanya 29 juta ton. Kita ekspor 2,8 juta ton setiap tahun, nilainya Rp 24 triliun,” ujarnya.
Menteri Pertanian menegaskan, pemerintah tidak ingin lagi mengekspor kelapa dalam bentuk gelondongan. Komoditas itu akan diolah menjadi produk turunan seperti santan (coconut milk) yang nilai jualnya bisa meningkat hingga 100 kali lipat.
“Kita hitung rata-rata saja, itu bisa menghasilkan Rp 2.400 triliun. Katakanlah separuhnya saja, itu masih bisa Rp 1.200 triliun devisa. Itu baru dari kelapa,” katanya.
Kopi
Selain kelapa, pemerintah juga menyiapkan hilirisasi komoditas kopi dan kakao sebagai bagian dari strategi perkebunan dan hortikultura. Untuk mendukungnya, Kementan menyiapkan anggaran Rp 9,95 triliun untuk pengadaan benih dan bibit gratis bagi petani di seluruh Indonesia, mencakup sekitar 800 ribu hektare lahan.
Program ini diperkirakan membuka 1,6 juta lapangan kerja baru dalam waktu maksimal dua tahun.
“Kalau ini kita lakukan terus menerus, added value-nya harus ada di Indonesia. Ini akan membuka lapangan kerja, menekan kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.
Mentan menegaskan, hilirisasi kelapa dan kopi menjadi bagian dari upaya jangka menengah pemerintah untuk memperkuat sektor perkebunan setelah produksi pangan berhasil diamankan.