
OBESITAS perut, dikenal sebagai lemak visceral, adalah pemicu diam-diam namun mematikan yang meningkatkan risiko serangan jantung dan kematian mendadak.
Berbeda dari lemak di bawah kulit, lemak yang membungkus organ dalam perut ini bersifat toksik. Ia mempercepat proses pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), memicu peradangan kronis, serta mengganggu keseimbangan hormon dan metabolisme tubuh.
Menurut Mount Elizabeth Hospitals, obesitas visceral berkaitan erat dengan sindrom metabolik, yang meliputi tekanan darah tinggi, kadar gula berlebih, kolesterol abnormal, dan lemak perut, semuanya komponen yang mempercepat terjadinya diabetes tipe 2 dan penyakit jantung koroner (PJK).
Penderita obesitas perut cenderung memiliki kadar kolesterol jahat (LDL) tinggi dan kolesterol baik (HDL) rendah, yang menyebabkan penyumbatan arteri dan memperbesar risiko serangan jantung tiba-tiba.
Tak hanya itu, jantung harus bekerja ekstra keras karena tekanan darah tinggi dan stres metabolik yang ditimbulkan, hingga berujung pada gagal jantung permanen.
Lemak visceral juga melepaskan zat peradangan seperti sitokin, yang merusak jaringan jantung dan pembuluh darah secara perlahan namun konsisten.
Pencegahan: Kunci Menekan Risiko
Mount Elizabeth menekankan pentingnya deteksi dini dan gaya hidup sehat. Pengukuran lingkar pinggang dan Indeks Massa Tubuh (IMT) wajib dilakukan secara berkala.
Penanganan tidak cukup hanya dengan menurunkan berat badan—target utama adalah mengurangi lemak visceral. Rekomendasinya:
- Olahraga aerobik (berjalan cepat, berenang) intensitas sedang-tinggi
- Latihan kekuatan sebagai kombinasi
- Pola makan rendah lemak jenuh dan tinggi serat
- Pantauan rutin kesehatan
Waspadai Lemak Tak Terlihat
Meski tak selalu tampak, lemak visceral menyimpan bahaya nyata. Masyarakat perlu menyadari bahwa obesitas bukan sekadar isu penampilan, tapi ancaman langsung terhadap nyawa.
Dengan edukasi, skrining dini, dan komitmen menjaga gaya hidup sehat, komplikasi akibat obesitas perut dapat ditekan sebelum terlambat. (Z-10)