Liputan6.com, Jakarta Penanaman nilai kemerdekaan pada anak dapat dilakukan sejak usia dini.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) Wihaji, mengatakan bahwa penanaman rasa cinta terhadap Tanah Air kepada anak adalah hal penting. Orangtua dan guru dapat mulai melakukan ini dengan langkah sederhana, seperti mengenalkan lagu-lagu kebangsaan.
“Tadi (anak-anak) sudah tahu lagu-lagu (kebangsaan), ini penting mulai dari kecil sudah diajarkan tentang Merah Putih, tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), tentang bangsa kita, tentang Pancasila, tentang Bhineka Tunggal Ika, tentang Undang-Undang dan sebagainya,” ujar Menteri Wihaji dalam Puncak Acara Pekan Merah Putih Tamasya, di Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Menurutnya, ini adalah bagian dari pendidikan anak usia dini agar rasa memiliki NKRI mulai ditanam sejak kecil.
“Menurut saya penting, saya termasuk yang fokus soal anak-anak ini harus diajarkan lagu-lagu kebangsaan, lagu-lagu nasionalisme, lagu-lagu kemerdekaan, Garuda Pancasila, ini penting karena kita harus bangga menjadi NKRI, I love my country,” ucapnya di hadapan anak-anak dan para guru TK yang hadir.
Melibatkan anak-anak dalam semarak kemerdekaan merupakan sebuah cara untuk membuat mereka lebih mengenal tanah kelahirannya. Pasalnya, anak-anak yang kini baru belajar mengeja dan mewarnai adalah cikal bakal penerus bangsa.
Perayaan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus selalu dimeriahkan dengan berbagai lomba, seperti lomba makan kerupuk, pajat pinang, tarik tambang, dan balap karung. Tapi, siapa sangka, ternyata ada makna dibalik semua lomba itu. Simak yuk apa saja artin...
Libatkan Anak dalam Semarak Kemerdekaan
Guna melibatkan anak-anak dalam semarak kemerdekaan, Kemendukbangga menggelar acara Pekan Merah Putih Tamasya sejak 11 hingga 18 Agustus 2025.
“Tanggal 11 sampai tanggal 18 kami bikin kegiatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan semangat Merah Putih, semangat kemerdekaan dengan anak-anak.”
Dalam kegiatan ini, anak-anak diajak menumbuhkan rasa memiliki NKRI melalui berbagai ekspresi. Contohnya, lomba cosplay pahlawan.
“Ada yang pakai kostum Pangeran Diponegoro, ada yang jadi R.A Kartini, Pattimura dan sebagainya. Dan tentu ini cara pengenalan sejak dini tentang para pahlawan.”
Ada pula lomba mewarnai dan permainan tradisional khas 17 Agustus.
“Orang mungkin melihat ini sederhana tapi bagi saya pribadi, ini penting karena dari situlah cikal bakal (nasionalisme), setuju tidak setuju suatu saat mereka menjadi generasi penerus kita, suatu saat mereka akan bercerita tentang sejarah Indonesia, tentang pahlawan, tentang kemerdekaan.”
“Hari ini, minimal mereka sudah tahu dan belajar bernyanyi kemerdekaan, lagu 17 Agustus dan sebagainya,” ucapnya.
Mengenal Program Tamasya
Dalam kesempatan ini, Wihaji turut menyuarakan soal program Tamasya.
Taman Asuh Sayang Anak alias Tamasya diluncurkan secara perdana di pelataran Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, pada Kamis 15 Mei 2025. Program ini hadir sebagai dukungan negara dalam menciptakan sistem pengasuhan anak usia dini yang terintegrasi dan berkualitas—tanpa mengorbankan produktivitas orangtua.
“Program ini bertujuan untuk mendukung orangtua bekerja sambil memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi dan perawatan yang baik. Selain itu, ada upaya untuk mengurangi risiko kekerasan terhadap anak dengan memastikan pengasuh memiliki sertifikasi dan pelatihan yang memadai,” ujar Wihaji saat peluncuran Tamasya.
Sebagai langkah awal, Tamasya difokuskan bagi anak-anak dari para pegawai ASN maupun non-ASN Kemendukbangga/BKKBN. Dengan kapasitas 18 anak usia 0–5 tahun dan dikelola oleh empat pengasuh terlatih, program ini mulai beroperasi sejak 9 Mei 2025.
“Ini menjadi percontohan dari kementerian kita yang menyiapkan Tamasya untuk anak-anak karyawan ASN maupun non ASN Kemendukbangga,” imbuh Menteri Wihaji.
Tak sekadar tempat penitipan anak, Tamasya dirancang sebagai ruang pengasuhan yang mengintegrasikan layanan gizi, kesehatan, stimulasi mental-emosional, hingga pemantauan tumbuh kembang anak secara periodik oleh fasilitas kesehatan setempat.
“Selain itu, kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan oleh Puskesmas Kelurahan Kebonpala, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan anak,” jelas Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Kemendukbangga/BKKBN, Nopian Andusti, SE, MT.