
Art & Bali 2025, sebuah art fair internasional, akan digelar di Nuanu Creative City pada 12-14 September mendatang.
Salah satu yang menjadi sorotan dalam Art & Bali 2025 adalah Terra Nexus, pameran yang mengusung pendekatan seni media baru, melibatkan 23 seniman dari berbagai penjuru dunia dan Indonesia.
Dikurasi oleh Mona Liem, pameran Terra Nexus di Art & Bali 2025 mencakup instalasi imersif, lanskap augmentasi, dan interface yang spekulatif.
"Di sini, kami menjelajahi keterhubungan dalam planet kami—sebagai sebuah sistem yang diprogram, diurai, dan dibangun kembali. Di sini, Minecraft bisa membangun kuil. Algoritma bisa bernafas. Dan mitos-mitos tradisional diterjemahkan melalui pembelajaran mesin," kata Mona dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, belum lama ini.
Lewat pameran Terra Nexus di Art & Bali 2025, Mona mengatakan, pihaknya mencoba mengajak para pengunjung untuk membayangkan sebuah ruang imajinatif dan hidup.
"Di mana sains dan teknologi menjadi kekuatan kreatif yang membentuk kembali cara kita terhubung dengan alam dan budaya. Pameran ini adalah bentuk ekspresi holistik—sebuah panggung di mana teknologi dan ilmu memfasilitasi lahirnya kebaruan yang berpijak pada kearifan lokal," tutur Mona.

Tiga seniman yang sudah dikenal dalam budaya visual Indonesia yakni Nasirun, Ubrux, dan Yessiow akan terlibat dalam pameran Terra Nexus di Art & Bali 2025.
Nasirun merupakan seorang seniman Indonesia legendaris yang terkenal dengan integrasi antara seni tradisional dan percakapan sosial politik.
Sementara itu, Ubrux adalah seniman yang memenangkan banyak penghargaan melalui teknik melukis koran.
Kemudian ada Yessiow, seniman mural asal Bali yang memimpin tren seni dinding dekoratif dengan warna-warna cerah dan berani.
Ada juga seniman-seniman dari mancanegara, seperti Polandia, Prancis, Jepang, Qatar, dan Korea Selatan, yang menjadikan Art & Bali bukan sekadar art fair.
"Perlu ditegaskan, seni bagi kami bukan hanya pemanis. Apalagi sebuah ornamen berkala. Di Nuanu, seni adalah cara kami bertumbuh. Sebuah rencana tata kota. Sebuah infrastruktur spiritual. Terra Nexus adalah wujud nyata dari nilai ini," ucap CEO of Nuanu Creative City, Lev Kroll.
Lev Kroll mengatakan pengunjung yang datang ke pameran Terra Nexus tidak hanya menikmati sebuah art fair.
"Anda memasuki sebuah kawasan yang meyakini bahwa seni seharusnya secara berani bersuara, bukan hanya untuk memperindah suatu tempat," ungkapnya.
Alasan Art & Bali 2025 Digelar di Nuanu Creative City
Fair Director of Art & Bali, Kelsang Dolma, mengungkapkan alasan Nuanu Creative City dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Art & Bali 2025
"Di Bali, tidak ada formula pasti tentang seperti bagaimana seharusnya sebuah art fair diadakan. Ini bukanlah sebuah struktur yang dipinjam, melainkan sesuatu yang lahir dari Bumi sendiri: mistis, sedikit berantakan, indah," kata Kelsang Doma.
"Terra Nexus adalah cara kami bertanya—apa jadinya jika seni tumbuh dari ritual, lanskap, dan ingatan kolektif, bukan semata lahir dari teori atau dinamika pasar. Di sini, unsur-unsur alam bukan sekadar tema, mereka adalah leluhur kita semua,” lanjutnya.
Selain itu, ada seniman muda yang akan hadir di pameran Terra Nexus yakni Alodia Yap, Popomangun, dan Widi Pangestu.
Di pameran tersebut, para pengunjung dapat memasuki dunia bawah laut distopia karya Dhanny Sanjaya, dunia Minecraft berskala penuh yang ditata ulang oleh MIVUBI, organisme kinetik karya Muhammad Aji Prasetyo, serta pertunjukan dan instalasi cahaya oleh Notanlab.
Adapun seniman-seniman lain yang turut serta dalam Terra Nexus di antaranya adalah para pemenang Awang Behartawan, Dadi Setiadi, Dr. Justyna Gorowska, Ivan Sagito, J+Art Award Winners, Jana Schafroth, Nus Salomo, Roger Ng Wei Lun, Satya Cipta, Utami A. Ishii, Valerio Vincenzo, dan Wisnu Ajitama.
Selain pameran Terra Nexus, informasi mengenai Art & Bali 2025, seperti peserta galeri dan program acara akan diumumkan pada Juli 2025.