
BEBERAPA waktu yang lalu kita dikejutkan dengan adanya huru-hara yang melanda negara mini Nepal yang berbatasan dengan raksasa Tiongkok yang berideologi Marxis Maois.
Banyak pengamat, intelektual, bahkan negarawan mengira huru-hara yang berbentuk revolusi sosial di sana meledak karena ulah intervensi Tiongkok. Bila memang demikian, mengapa Beijing diam seribu basa tanpa komentar sedikit pun. Rupanya Xi Jinping masih teringat benar kegagalan Mao Zedong yang melakukan usaha agar Nepal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Tiongkok tempo dulu.
Walaupun usaha tersebut dilakukan oleh Mao Zedong dengan mengirimkan TPR (Tentara Pembebasan Rakyat) ke Nepal, nyatanya Nepal bergeming dan tetap bertahan bebas dari invasi Tiongkok beberapa dekade yang lalu.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Menurut hemat penulis, karena Mao Zedong lupa adanya suku Sherpa yang telah berabad-abad tinggal di pegunungan Nepal dengan ketinggian di atas 3.000 mdpl. Mereka hidup dari bertani dan berternak hewan sedemikian rupa sehingga memiliki kelebihan secara fisik dan mental. Menurut hasil riset ilmiah, kekuatan otot-otot mereka menjadi lima kali lebih kuat daripada manusia normal. Begitu pula mental mereka, lebih prima jika dibandingkan dengan kita-kita yang normal.
Hal tersebut, menurut hemat penulis, yang membuat bangsa Nepal yang mempunyai suku istimewa tadi tidak dapat dieksekusi oleh pasukan-pasukan TPR-nya Tiongkok dan tetap merdeka hingga saat ini.
Riset menunjukkan, seorang Sherpa mempunyai kekuatan fisik dan mental lima kali kekuatan manusia normal. Bagi suku Sherpa, pegunungan Himalaya adalah pegunungan suci yang setiap saat harus dikunjungi oleh mereka yang sudah dewasa. Bagi seorang Sherpa, dari kampung halaman mendaki ke puncak pegunungan Himalaya merupakan tugas suci untuk dilaksanakan. Oleh sebab itulah, mengapa mencapai puncak tertinggi Himalaya adalah pekerjaan rutin yang dikerjakan oleh mereka secara santai.
Walaupun kenyataannya demikian, dunia hingga saat ini mencatat bahwa manusia pertama yang menaklukkan Puncak Himalaya ialah seorang kulit putih bernama Edmund Hillary.
TETAP DIPANDU OLEH SEORANG SHERPA
Untuk diketahui, Edmund Hillary berhasil menaklukkan puncak Himalaya beberapa dekade yang lalu dengan dipandu oleh seorang Sherpa yang bernama Tenzing Norgay (Sherpa Tensin). Tanpa panduan seorang Sherpa, mustahil yang bersangkutan berhasil mencapai puncak Gaurishankar pegunungan Himalaya. Anehnya yang diakui oleh dunia terutama dunia Barat (kulit putih), manusia pertama penakluk puncak tertinggi pegunungan Himalaya ialah seorang kulit putih.
Dalam obrolan santai penulis dengan Bapak, Bung Karno secara gamblang menunjukkan kejengkelan adanya ketidakadilan perlakuan kulit putih terhadap kulit berwarna. Majalah Ilustrated London News menulis dengan huruf-huruf besar ketika Edmund Hillary diberi gelar ‘Sir’ oleh Ratu Elizabeth, sedangkan mengenai Sherpa Tenzing Norgay ditulis hanya sepintas.
REVOLUSI SHERPA
Ketika Indonesia digonjang-ganjing oleh demonstran-demonstran Agustus baru-baru ini, yang pastinya membuat Presiden Prabowo harus putar otak untuk meredamnya, di Nepal terjadi suatu revolusi menggulingkan kekuasaan absolut dari penguasa Nepal saat itu yang tanpa malu-malu memamerkan kekayaannya; pamer harta; korupsi sehingga membuat rakyat Nepal berontak melawan penguasa mereka sendiri.
Pada mulanya usaha-usaha mereka tersebut dapat diredam dengan kekerasan oleh aparat penguasa. Namun, ketika para Sherpa turut terjun dalam demonstrasi, meledaklah revolusi dalam bentuk massa aksi yang bergemuruh sehingga penguasa Nepal yang korup, pamer kekayaan, bahkan kejam terhadap rakyat Nepal, terguling berkeping-keping.
Dengan kekuatan mental dan fisik mereka yang luar biasa, para Sherpa merangsek sampai akhirnya menguasai sepenuhnya Ibu Kota Kathmandu. Pemerintah sementara didirikan dengan seorang suku Sherpa menjadi pemimpinnya setelah ratusan penguasa lama menjadi korban nyawa.
Revolusi Sherpa hendaknya menjadi pelajaran bagi para penguasa di Indonesia agar mereka tidak salah langkah, apalagi mencontoh kelakuan penguasa lama Nepal. Karena, bila itu terjadi, kekuatan ‘Sherpa’ Indonesia pasti akan bangkit, dan itu adalah kekuatan-kekuatan patriotik Sukarnois yang berada di basis-basis massa seluruh Nusantara!