Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 40 orang, termasuk anak-anak, dilaporkan tewas dalam serangan udara militer Myanmar pada Senin (6/10/2025) waktu setempat. Tragedi terjadi saat ratusan warga berkumpul untuk merayakan festival bulan purnama Thadingyut yang juga disertai aksi damai menentang junta militer.
Melansir AFP pada Kamis (9/10/2025), serangan junta menyasar kerumunan warga sipil yang tengah merayakan festival Thadingyut di kota Chaung U, Myanmar tengah. Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, sebuah paralayang bermotor milik militer menjatuhkan dua bom ke tengah kerumunan.
"Anak-anak hancur berkeping-keping," ungkap seorang anggota panitia penyelenggara yang meminta identitasnya dirahasiakan, dikutip dari AFP. Ia menambahkan, lebih dari 40 orang tewas dan sekitar 80 lainnya luka-luka.
Seorang warga yang menghadiri acara tersebut juga mengkonfirmasi jumlah korban. "Saat saya memperingatkan orang-orang agar tidak lari, paralayang itu menjatuhkan dua bom. Dua rekan saya tewas tepat di depan mata saya," ujarnya.
Hingga Selasa pagi, warga masih berusaha mengumpulkan sisa-sisa tubuh korban dari lokasi ledakan. Media lokal melaporkan jumlah korban tewas mencapai 40 orang, namun hingga berita ini diturunkan, juru bicara junta belum memberikan keterangan resmi.
Sementara Amnesty International mengecam keras serangan tersebut dan menilai tindakan itu menunjukkan militer Myanmar semakin brutal terhadap warga sipil.
"Serangan malam hari ini harus menjadi peringatan mengerikan bahwa warga sipil di Myanmar membutuhkan perlindungan segera," kata Joe Freeman, peneliti Amnesty International di Myanmar.
Freeman juga menuding komunitas internasional telah melupakan konflik Myanmar, sehingga militer leluasa melakukan pelanggaran tanpa konsekuensi. "ASEAN harus meningkatkan tekanan terhadap junta menjelang pertemuan tingkat tinggi akhir bulan ini," tegasnya.
Militer Myanmar sebelumnya berjanji menggelar pemilu mulai 28 Desember sebagai langkah menuju "rekonsiliasi nasional". Namun, pakar PBB menilai rencana itu hanyalah kedok untuk mempertahankan kekuasaan militer.
Sejak kudeta 2021, Myanmar terjerumus dalam perang saudara. Kelompok pro-demokrasi dan milisi etnis bersenjata kini bergabung melawan junta, yang semakin gencar melancarkan serangan udara ke wilayah-wilayah pemberontak menjelang pemungutan suara.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
'Perang Saudara' Tetangga RI Menggila, 300 Orang Kabur ke Thailand