
SAMPAH plastik sekali pakai, terutama tutup botol, menjadi salah satu masalah lingkungan serius yang kian mendesak untuk diatasi. Karenanya, tim dosen Universitas Mercu Buana (UMB), melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), merancang model pembelajaran aplikatif dan kontekstual di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Husna, Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Program ini mengajak guru dan siswa memanfaatkan limbah tutup botol plastik untuk proyek kreatif dengan teknik heat press.
Kegiatan ini berlangsung pada 4 dan 11 September 2025 dengan dukungan hibah pemberdayaan masyarakat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Kegiatan PkM ini dilakukan tim dosen lintas disiplin dari Fakultas Desain dan Seni Kreatif serta Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana (UMB), terdiri dari Ketua Junaidi Salam (Desain Produk), Anggota Karisma Riskinanti (Psikologi), Dwi Ramayanti (DKV) dan sejumlah mahasiswa
Menurut Junaidi, pembelajaran yang terlalu berfokus pada teori sering membuat siswa kesulitan menghubungkan materi dengan realitas. Melalui pendekatan project-based learning yang memanfaatkan limbah plastik, siswa dapat belajar sains sekaligus mengembangkan kreativitas, kepedulian lingkungan, dan keterampilan abad ke-21.
“Kami ingin menghadirkan pembelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tutup botol yang selama ini dianggap sampah bisa menjadi media edukasi. Dengan begitu, siswa belajar bahwa ilmu pengetahuan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait langsung dengan masalah nyata seperti pencemaran lingkungan,” kata Junaidi.
Kegiatan berlangsung dalam lima tahap, yaitu observasi, sosialisasi, pelatihan guru dan siswa, implementasi proyek, serta evaluasi.
Siswa mengolah tutup botol menjadi produk kreatif, mulai dari papan nama kelas, gantungan kunci, hingga alat bantu ajar. Hasil karya kemudian dipamerkan dalam lomba lingkungan yang juga melibatkan orangtua.
Kepala Yayasan Al-Husna, Anizar, menyebut program ini relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini.
“Anak-anak bukan hanya belajar teori, melainkan juga merasakan bagaimana ilmu bisa menjawab persoalan lingkungan di sekitar mereka,” ujarnya.
Program ini dinilai memberi manfaat lebih luas. Guru memperoleh peningkatan kapasitas pedagogis, siswa belajar lebih kontekstual, orangtua mendapat edukasi tambahan tentang pola asuh berkesadaran, sementara sekolah memperkuat budaya inovatif dan peduli lingkungan. (Z-1)