Liputan6.com, Jakarta - Sebuah langkah bersejarah baru saja diambil OpenAI di tengah sengitnya perlombaan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan di balik ChatGPT, OpenAI, baru-baru ini dilaporkan telah menandatangani kesepakatan besar dengan raksasa teknologi Oracle untuk membeli layanan cloud computing senilai USD 300 miliar, atau sekitar Rp 4.938 triliun.
Kesepakatan dengan jumlah yang fantastis ini menjadikannya salah satu kontrak cloud terbesar yang pernah tercatat.
Kontrak tersebut menjadi bukti nyata betapa besarnya kebutuhan OpenAI akan daya komputasi, terutama untuk melatih dan menjalankan model kecerdasan buatan (AI) yang semakin kompleks dan canggih.
Mengutip laporan The Wall Street Journal dari TechCrunch, Selasa (16/9/2025), kontrak pembelian daya komputasi dengan Oracle ini akan mulai berjalan pada 2027 dan berlangsung selama lima tahun.
Langkah strategis ini juga dianggap sebagai strategi OpenAI untuk memperluas dukungan infrastruktur dan untuk mengurangi ketergantungan pada penyedia cloud utama mereka saat ini.
Strategi Diversifikasi dari Microsoft Azure
Meskipun selama ini OpenAI dikenal memiliki hubungan yang sangat erat dengan Microsoft, kerja sama dengan Oracle sebenarnya bukanlah hal baru.
Sejak musim panas 2024, perusahaan AI tersebut sudah mulai menggunakan layanan komputasi dari Oracle untuk mendukung operasionalnya.
Bahkan, pada awal tahun ini, OpenAI juga dikabarkan menjalin kesepakatan cloud dengan Google.
Upaya diversifikasi penyedia layanan cloud ini sangat penting bagi OpenAI, mengingat kebutuhan daya komputasi yang diperlukan begitu besar di tengah persaingan ketat industri AI global.
Pasokan komputasi yang stabil dan melimpah dapat mendukung operasional harian. Hal ini juga menjadi hal yang krusial untuk menjaga laju inovasi mereka di masa depan.
Proyek Ambisius Stargate
Kesepakatan besar OpenAI dengan Oracle ini ternyata tidak berdiri sendiri, tetapi ada kaitan eratnya dengan sebuah proyek ambisius bernama Stargate.
Proyek raksasa ini menggandeng tiga pemain besar: OpenAI, SoftBank, dan Oracle, yang semuanya berkomitmen untuk menanamkan investasi hingga USD 500 miliar atau sekitar Rp 8.230 triliun dalam empat tahun ke depan.
Dana super besar itu akan difokuskan pada pembangunan pusat data domestik berskala masif, dengan tujuan utama menciptakan infrastruktur superkomputer yang mampu mendukung lahirnya model-model AI generasi berikutnya.
Dengan kebutuhan daya komputasi yang begitu besar, jelas proyek sekelas Stargate tidak mungkin bergantung hanya pada satu penyedia cloud saja.
Kolaborasi multi-pihak ini menjadi kunci yang dapat memastikan pasokan komputasi tetap aman dan stabil demi mewujudkan ambisi teknologi yang sangat besar tersebut.
Oracle Bungkam, Saham Sempat Melonjak
Kabar mengenai kesepakatan besar ini muncul tak lama setelah saham Oracle melonjak, pasca-pengumuman perusahaan yang menyebutkan telah menandatangani sejumlah kontrak multi-miliar dolar dengan klien besar yang identitasnya tidak diungkapkan.
Pengumuman tersebut langsung memicu spekulasi di pasar mengenai siapa saja klien bergengsi yang berhasil digaet Oracle.
Sampai berita ini diturunkan, baik Oracle maupun OpenAI masih memilih bungkam. Oracle menolak memberikan komentar resmi, sementara OpenAI juga tidak menanggapi permintaan konfirmasi.
Kendati demikian, jika laporan ini benar adanya, kesepakatan ini akan membawa keuntungan finansial yang signifikan bagi Oracle dan menempatkan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam penyediaan infrastruktur cloud yang kian penting bagi industri AI.