
China akan menerbitkan yuan digital (e-CNY) dan membangun pusat operasionalnya di Shanghai. Hal ini menjadi langkah Bank Sentral China (PBOC) untuk memperluas penggunaan yuan digital secara internasional.
Gubernur PBOC Pan Gongsheng menyebut hal ini didasari atas meningkatnya minat terhadap yuan di lingkup global karena ketegangan perdagangan internasional yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang mendorong investor mencari alternatif investasi berbasis dolar.
"Pengembangan sistem moneter internasional multipolar akan membantu memperkuat kendala kebijakan pada negara-negara mata uang berdaulat, meningkatkan ketahanan sistem, dan lebih menjaga stabilitas keuangan global," kata Pan dikutip dari Reuters, Kamis (19/6).
Di saat yang sama China tengah mempercepat upayanya untuk mengembangkan sistem keuangan yang independen dari lembaga-lembaga Barat. Ini menjadi langkah yang baru di tengah penataan ulang pola perdagangan dan penataan ulang geopolitik yang membentuk kembali lanskap ekonomi global.

Penerapan tarif yang agresif dan kacau oleh AS telah mengguncang kepercayaan terhadap mata uang AS dan aset-aset AS lainnya. Kondisi ini mendorong peralihan yang lebih luas oleh para investor dari dolar AS ke mata uang Asia dan euro.
Selain itu menurunnya daya tarik dolar AS juga terjadi di tengah meningkatnya minat global terhadap mata uang kripto, termasuk stablecoin.
Reuters melaporkan China telah lama memendam ambisi agar yuan menjadi mata uang global layaknya euro atau dolar untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Sebelumnya pada Rabu (18/6), enam bank asing termasuk Standard Bank dan First Abu Dhabi Bank sepakat untuk menggunakan Sistem Pembayaran Antarbank Lintas Batas (CIPS) Tiongkok, sistem penyelesaian internasional berbasis yuan di masa mendatang, langkah ini semakin memperluas penggunaan yuan dalam perdagangan global.
Pan mengatakan bahwa teknologi digital telah mengungkap kelemahan dalam sistem pembayaran lintas batas konvensional yang selama ini kurang efisien, dan rentan terhadap risiko geopolitik.
"Infrastruktur pembayaran lintas batas konvensional dapat dengan mudah dipolitisasi dan dijadikan senjata, serta digunakan sebagai alat sanksi sepihak yang dapat merusak tatanan ekonomi dan keuangan global," ujarnya.
Kepala Administrasi Valuta Asing China Zhu Hexin berjanji untuk menjaga nilai tukar yuan pada dasarnya stabil dan menangkal guncangan dan risiko eksternal.
“Kemampuan China untuk melawan volatilitas pasar valas telah meningkat,” kata Zhu.
Selain itu Direktur Administrasi Regulasi Keuangan Nasional, Li Yunze juga menyebut China akan lebih membuka pasar keuangannya bagi pemain asing.
“Lembaga asing merupakan jembatan dan mata rantai penting untuk menarik investasi dan merupakan pemain penting serta kontributor aktif dalam pembangunan sistem keuangan modern China,” Yunze.