Liputan6.com, Jakarta Manchester United kembali jadi sorotan setelah rentetan hasil buruk di awal musim Liga Inggris 2025/2026. Kekalahan ketiga yang mereka derita dari Brentford membuat Setan Merah terpuruk di papan bawah klasemen. Situasi ini langsung menambah tekanan besar pada sang pelatih, Ruben Amorim.
Sejumlah laporan menyebut manajemen MU mendesak Amorim untuk meninggalkan taktik 3-4-3 yang selama ini ia pegang teguh. Kritik datang karena sistem itu dianggap tidak cocok dengan karakter pemain yang ada. Namun, Amorim ternyata punya penjelasan berbeda terkait formasi yang ia gunakan.
Menjelang laga melawan Sunderland di Old Trafford, isu ini kembali mencuat. Amorim dikabarkan sudah mulai mengutak-atik pendekatan taktik demi mencari solusi dari masalah inkonsistensi tim. Hal itu ia beberkan langsung dalam wawancara dengan media Inggris.
Pelatih asal Portugal itu pun menegaskan bahwa gosip dirinya enggan mengubah gaya main tidak sepenuhnya benar. Bahkan, ia menyebut sudah melakukan perubahan yang signifikan dalam beberapa pertandingan terakhir.
Amorim Sudah Ubah Taktik di MU
Amorim dengan tegas membantah anggapan bahwa ia terus memakai pola tiga bek. Menurutnya, formasi yang ia gunakan saat melawan Brentford jauh berbeda dengan apa yang diberitakan media. Ia mencontohkan susunan lini belakang yang dipakainya di laga tersebut.
“Tidak ada tiga bek melawan Brentford. Akhir-akhir ini kami bermain dengan Luke Shaw, dua bek tengah, dan satu bek kanan. Mereka bermain di posisi yang berbeda di awal,” ujar Amorim kepada Sky Sports.
Ia juga menambahkan bahwa dalam pertandingan tersebut, terutama di babak kedua, MU justru menggunakan formasi lain. Amorim menyebut pola yang ia pakai sudah lebih dekat ke sistem empat bek yang selama ini digadang-gadang banyak pihak.
“Jadi, ini bukan tiga bek tengah, tapi sama saja dengan posisi yang sedikit berbeda. Melawan Brentford, babak kedua, seperti formasi 4-4-2,” tegasnya lagi.
Masalah MU Bukan di Sistem Permainan
Meski sudah melakukan perubahan, Amorim mengakui persoalan utama MU bukanlah formasi yang dipakai. Menurutnya, detail kecil dan kualitas eksekusi di lapangan jauh lebih menentukan dibanding sekadar mengganti angka di papan taktik.
Ia menilai timnya kalah bukan karena sistem, melainkan karena kurang efektif ketika menguasai bola maupun bertahan. Selain itu, beberapa momen penting di laga juga merugikan tim, termasuk kegagalan mengeksekusi penalti.
“Masalahnya, kami kurang bagus saat menguasai bola, kami kurang bertenaga saat tidak menguasai bola, dan kami kalah,” terang Amorim.
“Tapi bayangkan kami mencetak gol penalti (lawan Fulham). Di gol terakhir, kami berusaha memenangkan pertandingan, semua pemain berada di luar posisi. Itu bisa terjadi dalam formasi 4-3-3 atau 3-4-3. Jadi, saya pikir detail lebih penting daripada sistemnya,” pungkasnya.
(Sky Sports)