Jakarta (ANTARA) - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan air Retno Marsudi menyoroti tiga masalah utama dalam isu air global, yaitu infrastruktur, teknologi, dan investasi, yang harus ditangani melalui kolaborasi menyeluruh.
“Miliaran orang masih hidup tanpa air yang aman, sanitasi yang dapat diandalkan, dan irigasi berkelanjutan. Air masih menjadi salah satu sektor yang paling kekurangan dana dan salah urus dalam agenda pengembangan global,” kata Retno di Jakarta, Jumat.
Dalam pernyataan kuncinya pada agenda Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, Utusan Khusus Sekjen PBB itu mengatakan bahwa tantangan pertama, yaitu infrastruktur air, menjadikan pembaruan di bidang ini sebagai keharusan dan bukan lagi pilihan.
Ia menjelaskan bahwa buruknya infrastruktur air menyebabkan dunia kehilangan hingga 30 persen air olahan karena kebocoran, dan di sejumlah kota besar jumlah tersebut bahkan mencapai 50 persen.
Mantan menteri luar negeri (Menlu) RI itu kemudian mengatakan bahwa tantangan kedua di bidang teknologi disebabkan karena di banyak tempat, pengaturan air masih memanfaatkan teknologi usang dan dengan data yang belum komprehensif.
“Kita perlu meningkatkan pemanfaatan alat kelola air secara cerdas, dari sensor yang dapat mendeteksi kebocoran dan memantau kualitas air hingga prakiraan kondisi air berbasis satelit yang membantu petani dan memitigasi kekeringan,” kata Retno.
Untuk mengatasi dua masalah dalam sektor air itu, Retno menyatakan bahwa dunia harus mengatasi masalah ketiga, yaitu investasi. Ia menyampaikan bahwa dunia saat ini mengalami kesenjangan dalam investasi di bidang air dengan selisih antara investasi dengan kebutuhan dana mencapai 600 miliar dolar AS (Rp9,9 kuadriliun).
Utusan khusus Sekjen PBB itu mengatakan bahwa ketiga tantangan tersebut dapat diatasi karena umat manusia memiliki pengetahuan, alat-alat, dan modal yang diperlukan.
“Yang kita perlukan sekarang adalah kemauan politik, keselarasan kebijakan, dan aksi kolektif,” tutur Retno.
Ia mengatakan bahwa air tak bisa dilihat sekadar sebagai komoditas investasi dengan keuntungan rendah dan berisiko tinggi, karena “keuntungannya” hadir dalam bentuk perbaikan kehidupan di berbagai sektor masyarakat.
Utusan Khusus Sekjen PBB itu pun mengingatkan para pemangku kepentingan di tingkat global supaya langkah-langkah untuk meningkatkan infrastruktur dan teknologi air dilakukan dengan pendekatan berbasis masyarakat yang memperhatikan kepentingan umum.
Baca juga: Retno: Dunia butuh 600 miliar dolar AS atasi kesenjangan investasi air
Baca juga: Utusan Khusus PBB: Krisis politik pengaruhi capaian SDGs
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.