
BOIMIN, yang akrab disapa Pak Bo, menunjukkan hasil menanam jagung yang menggunakan benih unggul NB SUPER F1 dari Cap Panah Merah
Di Banyuwangi, Jawa Timur, sosok Boimin atau akrab disapa Pak Bo dikenal sebagai petani yang tekun, bijak, dan dermawan ilmu.
Di usia 60 tahun, ia tidak hanya berhasil mengelola lahannya sendiri, tetapi juga aktif membimbing petani lain, menularkan pengalaman, dan menjadi inspirasi bagi komunitas pertanian di sekitarnya.
Pak Bo mulai menekuni pertanian sejak 1995, belajar langsung dari orang tuanya. Ia membangun keahlian bertaninya dari pengalaman sehari-hari, eksperimen di lahan, dan ketekunan belajar mandiri.
Bagi Pak Bo, bertani adalah jalan hidup yang mengajarkan kesabaran, ketekunan, serta pentingnya berbagi pengetahuan dengan sesama.
Di lahan seluas 1 hektar, Pak Bo fokus menanam jagung manis, yang telah menjadi andalannya selama puluhan tahun. Dari hasil panennya menggunakan benih unggul NB SUPER F1 dari Cap Panah Merah, ia mampu membeli tanah baru, menambah modal, dan bahkan mengembangkan bisnis lain seperti pengepul gas dan usaha air isi ulang.
Keberhasilan ini bukan hanya soal keuntungan pribadi, tetapi juga menjadi bukti bahwa praktik bertani yang baik bisa membuka peluang baru bagi banyak aspek kehidupan.
Yang membuat Pak Bo istimewa bukan sekadar hasil panennya, tetapi juga semangatnya berbagi ilmu. Ia aktif mengajak petani lain untuk meniru praktik budidaya yang efektif, mendampingi mereka mencoba benih unggul, dan membuka lahannya sebagai tempat belajar.
Hingga kini, telah ada 50 petani yang mengikuti saran dan ajakannya, termasuk anggota keluarganya yang juga menekuni pertanian.
Kontribusi Pak Bo tidak terbatas pada bimbingan langsung. Ia juga memanfaatkan forum komunitas untuk berbagi pengalaman, sehingga pengetahuan tentang cara bertanam, pengelolaan lahan, dan inovasi sederhana dapat menjangkau lebih banyak petani di Banyuwangi dan sekitarnya.
Atas dedikasi dan kontribusinya, Pak Bo dianugerahi gelar Master Panen dari Cap Panah Merah, bukan hanya karena hasil panen yang melimpah, tetapi juga berkat kepeduliannya berbagi ilmu, mendorong budidaya lebih baik, aktif di komunitas, dan memberi dampak positif bagi lingkungan; semangat ini diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan diri petani lain untuk terus menekuni pertanian.
Dalam perjalanannya, Pak Bo pernah diundang ke Learning Farm Cap Panah Merah, sebuah pusat edukasi pertanian inovatif yang memberikan kesempatan bagi petani untuk belajar langsung di lapangan dengan dukungan teknologi terbaru dan pendampingan praktisi, sehingga meningkatkan pengetahuan, efisiensi, dan hasil panen mereka secara signifikan.
Di sana ia pun berkesempatan berbagi pengalaman dan praktik budidaya yang ia jalankan, sehingga pengetahuan yang ia miliki bisa menjangkau lebih banyak petani dari berbagai daerah.
Menurut Pak Bo, “Bertani bukan hanya soal panen atau keuntungan. Lebih dari itu, kami melihat pertanian sebagai sarana berbagi ilmu, membangun komunitas, dan memberikan inspirasi”.
Dari lahan jagung manis di Purwoharjo, Pak Bo membuktikan bahwa seorang petani bisa menjadi agen perubahan: bukan hanya menumbuhkan tanaman, tetapi juga menumbuhkan semangat, pengetahuan, dan peluang bagi banyak orang di sekitarnya. (Z-1)