
PENGAMAT politik Syahganda Nainggolan menilai kunjungan kenegaraan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia akan menjadi perhatian utama dunia internasional.
Ia menyebut kunjungan Erdogan ke Malaysia, Indonesia dan Pakistan akan menunjukkan poros baru kekuatan geopolitik dunia yang dapat membawa aspirasi dunia Islam, mengingat ketiga negara yang di kunjungi adalah negara-negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia.
"Kunjungan kenegaraan Presiden Erdogan ke Malaysia, Indonesia dan Pakistan memberi pesan kepada dunia sebagai bentuk keinginan bersama membangun hubungan berupa poros kekuatan geopolitik baru di dunia, prioritas utama adalah pembangunan kembali Gaza dan menolak relokasi warga Palestina di Gaza," ujar Syahganda, melalui keterangannya, Rabu (12/2).
Sebelum ke Indonesia, Presiden Erdogan terlebih dulu mengunjungi Malaysia yang memberi pesan Erdogan dalam lawatannya kali ini bisa dijadikan kesempatan membentuk poros kekuatan baru dengan membahas persoalan geopolitik dunia yang sedang terjadi.
"Indonesia, Malaysia, Pakistan dan Turki bisa membangun kesepahaman membentuk poros kekuatan baru negara muslim di dunia, baik dalam aspek perdamaian dan perekonomian, dalam kesempatan lawatannya Indonesia bersama Turki, Malaysia dan Pakistan bisa membuat komunike bersama menolak dan melawan usulan Trump dan Israel yang ingin merelokasi warga Palestina di Gaza," ungkap Syahganda.
Sementara itu, ahli hubungan internasional UIN Jakarta Teguh Santosa menyatakan, Turki dan Indonesia sebetulnya sudah membangun kerjasama dalam MIKTA. Untuk diketahui MIKTA adalah platform yang dibangun anggota-anggotanya fokus pada kerjasama ekonomi yang berimbang, penguatan isu lingkungan, dan energi terbarukan.
"Indonesia dan Turki juga perlu mengkongkretkan kemitraan kedua negara dalam kerangka kerjasama MIKTA yang dimulai tahun 2013. Grup informal middle power MIKTA yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, dapat menjadi platform alternatif bagi Indonesia untuk membangun kemandirian dan menawarkan berbagai solusi perimbangan kekuatan di arena global," kata Teguh. (Faj/J-2)