Tekan Gejolak Harga Jelang Nataru, Pemkab Banyumas Gelar Gerakan Pangan Murah

Ilustrasi(MI/LILIK DARMAWAN)

PEMKAB Banyumas, Jawa Tengah menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Salah satu langkah strategis yang ditempuh yakni melalui pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) pada Sabtu (6/12). Kegiatan tersebut digelar di halaman Kantor Koperasi Produsen Pertanian MARIPAN (Mahkota Rahayu Inti Pangan di Desa Cilongok, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Banyumas Junaidi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari langkah konkret pemerintah daerah untuk memastikan keterjangkauan pangan bagi masyarakat, khususnya menjelang momentum akhir tahun yang kerap diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok.

“Kami menyelenggarakan gerakan pangan murah sekaligus launching Kios Pangan Maripan. Ini langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah berkolaborasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah,” ujar Junaidi di sela kegiatan.

Ia menambahkan, GPM menjadi instrumen penting dalam pengendalian inflasi daerah, sekaligus menjaga daya beli masyarakat di tengah meningkatnya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru.

“Biasanya di akhir tahun terjadi tren kenaikan harga bahan pokok. Dengan adanya GPM dan keberadaan Koperasi MARIPAN, kami ingin memastikan masyarakat tetap bisa memperoleh pangan dengan harga yang lebih murah dan terjangkau,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Koperasi Produsen Pertanian MARIPAN, Agus Salwono, menjelaskan bahwa peresmian koperasi ini menandai dimulainya pusat distribusi pangan murah berbasis desa yang berkelanjutan di Banyumas.

“Koperasi MARIPAN adalah koperasi nasional yang berbasis di Banyumas, khususnya di Desa Cilongok. Kami mengelola aset desa seluas 1,7 hektare dan hari ini resmi beroperasi untuk menyediakan pangan terjangkau bagi masyarakat,” katanya.

Agus berharap, kehadiran koperasi ini tidak hanya memperkuat distribusi pangan murah bagi konsumen, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani sebagai produsen. Dengan sistem distribusi yang terintegrasi, hasil pertanian dapat terserap dengan harga yang lebih layak. (H-2)